Pada dasarnya tulisan Joseph
S. Nye dalam buku The
Future Power tidak mudah untuk dikategorikan, aliran pemikiran beliau berada pada hamparan
luas antara "realisme" dan “liberalisme”. Nye bahkan menyebut dirinya sebagai seorang "realis
liberal". Dalam
bukunya The Future of Power (2011), beliau berpindah
dari konsep "soft power" yang beliau
ciptakan dalam bukunya Bound to Lead (1990): the Changing
Nature of American Power, menjadi
"smart power". Soft power hadir
dalam bentuk pengaruh dan persuasi yang dimasukkan ke dalam konsep
"smart power". Hal ini
menggabungkan baik keterampilan keras maupun lunak
melalui strategi konversi daya yang bergantung pada konteks kepemimpinan dan
target itu sendiri.
Dewasa ini, bagaimana kita dapat menganalisis masa
depan kekuasaan?
Nye terkenal dengan frase "soft power”, yakni
aplikasi kebijakan luar negeri dari kepercayaan masyarakat terdahulu mengenai
cara untuk memenangkan lebih banyak lalat dengan madu dibandingkan dengan cuka.
Sekarang, dalam buku barunya, beliau hadir dengan sebuah slogan yang
diperbarui, yaitu “smart power”. Kombinasi dari hard power dan soft power
dapat terlihat dari proses persuasi dan daya tarik. “Wortel dan tongkat”, seperti yang dikatakan oleh Machiavelli adalah
merupakan suatu kehormatan terbaik untuk dicintai dan ditakuti di saat yang
bersamaan.
Menurut Nye, terdapat dua perubahan kekuatan besar di abad
ke-21. Salah satunya adalah transisi kekuasaan dari Barat ke Timur (posisi China meningkat sebagai
tantangan terhadap hegemoni Amerika Serikat), dan yang lainnya adalah
difusi kekuasaan dari negara ke aktor non-negara (ancaman terorisme dan perang-cyber). Amerika Serikat akan tetap menjadi kekuatan
terbesar, tetapi juga akan berada dalam dunia yang jauh lebih ramai dan kompleks.
Pada bab tiga, Nye meneliti bagaimana era informasi
global memaksa perubahan pada kekuatan tradisional yang telah usang. Analisisnya
tentang kekuatan ekonomi terbagi dalam dua kerangka tema: transisi kekuasaan
dan interdepensi ekonomi antar negara-negara. Sebagai ilustrasi, Nye menyoroti
China dan peran ekonomi Uni Eropa dalam urusan dunia. Beliau berpendapat bahwa
"difusi kekuatan untuk aktor non- negara menetapkan batas pada strategi
negara untuk menggunakan instrumen ekonomi". Dengan demikian, beliau dapat
dikatakan skeptis mengenai kekuatan ekonomi dalam struktur internasional saat
ini.
Negara tidak lagi menjadi satu-satunya aktor penting
dalam urusan global; keamanan bukan satu-satunya hasil utama yang mereka cari,
dan kekuatan bukanlah satu-satunya atau selalu merupakan instrumen terbaik yang
tersedia untuk mencapai hasil tersebut, menurut Nye, tetapi beliau tidak selalu
mendukung penggunaan kekuatan dalam pencapaian tujuan. Sebelumnya, "soft
power" Nye dianggap liberal, dan banyak dikritik oleh para realis. Mereka
yang mengklaim bahwa semua negara yang didorong oleh kepentingan untuk
memperoleh hegemoni melalui perilaku pemaksimalan kekuasaan (power optimalization). Untuk sebagian
besar, hal ini tidak berubah: bukan hanya mengenai dominasi militer (tentara),
tetapi juga yang kemenangan sejarah.
Pada bab empat, "soft power" Nye merespon menganai
penyalahgunaan konsep soft power yang
menyatakan bahwa hal itu merupakan deskripsi atas konsep normatif. Setelah
membahas tentang sumber soft power dalam
konteks budaya, nilai-nilai politik, dan kebijakan luar negeri, beliau
mengkategorikan perilaku soft power
sebagai setting-agenda, dalam teori
ketertarikan, persuasi, saling ketergantungan ekonomi, komunikasi,
lembaga-lembaga internasional dan aktor transnasional.
Prinsip yang mendasari kekuatan ekonomi adalah "untuk membuat orang lain lebih tergantung
pada Anda daripada Anda kepada mereka", terutama melalui sanksi dan
penataan pasar. Contoh terbaik adalah pada analisis kebijakan ekonomi China. Smart power merupakan bagian dari paradigma baru Nye dalam
kemajuan realisme liberal. Sebuah strategi realisme liberal didasarkan pada
kebutuhan untuk memberikan keamanan bagi Amerika Serikat dan sekutunya, tetapi
juga mengakui pentingnya ekonomi yang kuat, multilateralisme, dan nilai-nilai. Amerika
Serikat kemudian mendapatkan peranan penting dalam mendorong terciptanya
"demokrasi liberal dan HAM di dalam dan di luar negeri." Pada situasi
ini, bagaimanapun, kasus tertentu tidak harus menunggu persetujuan dari
nilai-nilai Amerika yang kuat, karena Nye tidak sepenuhnya mendukung pada
kebijakan dan hegemoni Amerika.
Smart power bukan merupakan hal yang baru; Nye hanya memberi nama
pada kongruensi kebijakan. Smart power
secara luas digunakan oleh Amerika Serikat pada masa setelah Perang Dunia II
dengan alasan untuk membangun "keamanan internasional dan arsitektur
ekonomi-politik yang mendasari keamanan dan kemakmuran serta menguntungkan
sebagian besar dunia. Kemudian, beliau mengingat bahwa kenaikan kekuatan
umumnya menerapkan "strategi smart
power untuk keberhasilan".
Dalam konteks yang lebih modern, Nye memuji adopsi model
Administrasi Obama yang merupakan contoh langsung dari smart power. Beliau mengutip fakta bahwa soft power telah diintegrasikan ke dalam doktrin kontra dalam upaya
untuk memenangkan "hati dan pikiran" dari Afghanistan dan warga sipil
Irak. Dia bahkan membahas mengenai bagaimana proses pemilihan Presiden Barack Obama
dapat meningkatkan citra global Amerika Serikat. Presiden Obama mengeluarkan
modal yang besar untuk mencoba menjangkau dunia Muslim, tetapi di Timur Tengah,
Amerika Serikat tetap tidak populer. Nye mengajarkan pentingnya sebuah narasi
menarik, tetapi beliau gagal untuk bersikap hati-hati terhadap kebijakan luar
negeri reduksionis. Dalam hal penjangkauan ke Timur Tengah, upaya Presiden
Obama kemungkinan besar tertahan bukan karena warisan perang, tetapi lebih
dikarenakan oleh kebijakan Amerika Serikat terhadap Palestina. Hal ini merupakan
contoh dari bagaimana kekuasaan dapat melemahkan dirinya sendiri. Nye seperti
merasa mendapatkan panggilan untuk, menyebarkan kecerdasan kontekstual, untuk
membedakan antara hard power, soft power, dan smart power yang berinteraksi dalam situasi yang berbeda. Hanya
pemahaman holistik mengenai Dunia Islam yang akan mampu mengklarifikasi isu-isu
yang tampaknya tidak saling berhubungan secara utuh yang akan menghalangi
propaganda kekuasaan Presiden Obama di Timur Tengah.
Sebagai kesimpulan, Nye merupakan seorang ahli teori
terkemuka dalam ruang lingkup kekuasaan dunia saat ini, dan buku ini adalah
sintesis dari ide-ide besarnya serta dapat dijadikan panduan penting mengenai
perdebatan penurunan hegemoni Amerika Serikat dan kebangkitan China. Nye
menunjukkan bahwa kemampuan ekonomi dan militer masih merupakan masalah utama, tetapi
pada era modern premis yang lebih besar mengacu pada sektor informasi, komunikasi,
dan otoritas kekuasaan. Nye berpendapat, kekuasaan harus dipahami dalam istilah
relasional, dibedakan ke dalam berbagai dimensinya, dan dilihat dalam konteks
geografis dan historis tertentu. Hal ini membuatnya skeptis terhadap penurunan
hegemoni yang diantisipasi dari Amerika Serikat. Memang benar bahwa China sedang
berkembang sangat pesat, namun pengamat sering mengabaikan sektor militer dan
soft-power yang menjadi faktor keuntungan yang bertahan lama bagi Amerika
Serikat. Dalam pandangan Nye, difusi kekuasaan mungkin merupakan akibat dari
transisi kekuasaan antara negara-negara besar. Jadi, kekuasaan dan masyarakat internasional
yang semakin terbuka dapat memberikan keuntungan kekuatan baru tiap negara yang
hebat dalam melihat dan memanfaatkan kesempatan pada abad kedua puluh satu.
Pengertian kekuatan
Meskipun
konsep dari power (kekuatan) banyak
dipakai, namun sangat susah untuk diukur. Apabila melihat dari kamus, maka
pengertian dari kekuatan adalah kapasitas untuk berbuat dan mempengaruhi yang
lainnya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kita lebih tertarik kepada
kemampuan untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Konsep kebijakan tentang
kekuatan ini bergantung pada konteks yang akan memberi tahu kepada kita siapa,
dimana dan juga kapan yang akan mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Pembuat
kebijakan mendefinisikan kekuatan dalam arti kepemilikan sumber daya yang dapat
menghasilkan keluaran sesuai yang diinginkan. Dengan definisi ini, terkadang
ada suatu paradoks bahwa meskipun memiliki kekuatan terbaik, tidak selalu
mendapatkan hasil yang sesuai diinginkan. Kekuatan ini dapat terlihat secara
langsung ataupun tersembunyi. Mengubah sumber daya menjadi suatu kekuatan dalam
rangka mendapatkan hasil yang diinginkan membutuhkan strategi yang dirancang
baik dan juga kepemimpinan yang baik. Ini adalah definisi dari kekuatan yang
pintar.
Dalam
pandangan kaum realis pada hubungan internasional, perang adalah permainan
tertinggi yang dimainkan dalam dunia politik. Namun lebih dari seabad, sumber
kekuatan dari perang seringkali berubah seiring dengan adanya perubahan
teknologi. Pada abad ke-21, perang tidak lagi menjadi penentu, sehingga banyak
peneliti menolak perlunya pandangan dari kekuatan elemen nasional. Kita harus
memperhatikan lebih lagi pada konteks kekuatan untuk menghasilkan tujuan, bukan
hanya yang kita miliki.
Aspek dalam kekuatan interaksi
Dengan
melihat adanya perbedaan antara kekuatan yang bearsal dari sumber daya dan interaksi,
maka bisa dilihat 3 aspek yang berbeda dari kekuatan berinteraksi yaitu
memimpin perubahan, mengatur agenda, dan membangun preferensi.
Kemampuan
untuk mengatur pihak lain untuk merubah tingkah laku meskipun berlainan dengan
kepentingan mereka adalah salah satu dari kekuatan interaksi. Kekuatan
interaksi lainnya terlihat pada kemampuan mempengaruhi pilihan pihak lain
sehingga mau untuk melaksanakan sesuai yang diinginkan tanpa perlu diatur.
Kedua jenis kekuatan interaksi ini berlawanan , dan juga melengkapi kekuatan
untuk memerintah.
Aspek
pertama yaitu kekuatan yang berfokus pada kemampuan untuk membuat pihak lain
melakukan tindakan yang berlainan dengan strategi dan pilihan awalnya. Untuk
mengukur kekuatannya, maka harus diketahui bagaimana kuatnya pihak lain
memegang pilihannya dan seberapa banyak mereka dapat berubah karena usaha kita.
Aspek
kedua yaitu memberikan batasan dan mengatur agenda untuk bertindak sehingga
pihak lain melihat kepentingannya tidak sejalan dengan agenda yang dibuat. Sangat mungkin untuk mengatur pilihan pihak
lain dengan mempengaruhi pemahaman mereka tentang apa yang perlu dilakukan.
Sebagai contohnya, negara besar dapat mengatur bagaimana negara lain bertindak
dengan peraturan yang dibuatnya.
Aspek
yang ketiga adalah kekuatan dari ide dan kepercayaan yang akan membentuk
pilihan awal pihak lain. Jika pihak lain menentukan pilihan yang sama, maka
tidak perlu lagi mempengaruhi mereka untuk merubah pilihannya. Aspek kedua dan
ketiga terletak pada tubuh suatu struktur atau organisasi. Sebagai contoh adalah
kekuatan ekonomi yang juga merupakan struktur sistem.
Ada
perbedaan dari ketiga jenis kekuatan interaksi tersebut. Jika kita tidak
mengindahkan perbedaan untuk menghasilkan sebuah tingkah laku, maka kita
mempersempit strategi yang dapat dibuat pemangku kebijakan. Aspek pertama yaitu
kekuatan untuk memerintah mudah terlihat. Sedangkan kekuatan interaksi pada
aspek kedua dan ketiga, hampir tidak terlihat.
Pada
politik dunia, beberapa tujuan dari negara mudah untuk dipengaruhi dengan aspek
kedua dan ketiga. Negara – negara ini menginginkan mendapatkan barang dan hasil
yang terlihat dengan pergaulan interaksi yang baik. Pergaulan interaksi ini
terbentuk dengan adanya jaringan antarnegara yang merupakan kekuatan struktur
di abad 21. Jaringan ini menjadi penting dalam masa informasi ini, sehingga
posisi dalam suatu jaringan sosial dapat menjadi sumber daya kekuatan.
Aspek
relevan bagi kekuatan dari jaringan ini adalah ikatannya. Meskipun negara
memiliki ikatan yang lemah namun dapat berguna untuk nmendapatkan dan
menyebarkan informasi yang berguna. Kemampuan untuk membuat jaringan
kepercayaan sehingga suatu kelompok dapat bekerjasama mencapai tujuan bersama
disebut kekuatan integratif. Sehingga terlihat bahwa, kecerdasan sosial dan
empati sangat penting untuk mendapatkan dan menggunakan kekuatan daripada
dengan militerisasi, penipuan ataupun teror.
Negara
dapat mengembangkan kekuatan dunia ini dengan bekerjasama satu sama lainnya
bukan saling berkonflik. Ini adalah poin penting dalam menilai kekuatan dari
suatu negara pada sistem internasional saat ini. Pemangku kebijakan harus
mengingat bahwa membuat batasan pilihan dan mengatur agenda dari lingkungan
sebelum menggunakan aspek pertama yaitu kekuatan untuk memerintah.
Kaum realis dan spektrum dari tingkah laku kekuatan
Penganut
realis menyatakan bahwa dalam kondisi anarki dimana tidak ada pemerintahan yang
lebih tinggi dari pemerintahan negara, maka negara harus menolong dirinya
sendiri dan menjaga kemanan dirinya dengan menggunakan militer. Namun kini
negara tidak lagi menempatkan keamanan sebagai tujuan yang paling utama, dan
penggunaan kekuatan militer bukan cara terbaik untuk mencapainya. Adanya
kesamaan demokrasi, kebebasan budaya, juga adanya ikatan yang dalam pada
hubungan antarnegara menyatakan bahwa anarki sangat berbeda dengan anggapan
dari kaum realis.
Di
masa teknologi informasi ini, strategi komunikasi menjadi sangat penting,
karena tujuan dapat diraih bukan pihak militer mana yang memenangkan tujuan
namun siapa yang memiliki cerita terbaik yang dapat memenangkan tujuan.
Sehingga, dalam strategi yang cerdik harus mengandung komponen informasi dan
komunikasi.
Tingkah laku dan sumber daya dari soft power.
Soft
power adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain dengan cara kerjasama dalam membuat agenda, mengarahkan
dan memperoleh daya tarik positif untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Pembuatan agenda, daya tarik positif, dan bujuk rayu adalah bagian dari spektrum
tingkah laku dari soft power.
Sumber
daya yang diasosiasikan untuk hard power
bisa juga digunakan oleh soft power,
tergantung dari konteks dan bagaimana cara penggunaannya. Kekuatan untuk
memerintah dapat menghasilkan sumber daya yang nantinya akan menjadi soft power di tahap berikutnya. Hal yang sama
terjadi dengan tingkah laku kerjasama dapat menghasilkan sumber daya dalam
bentuk aliansi militer atau bantuan ekonomi. Sumber daya hard power yang terlihat seperti unit militer
dapat menghasilkan kekuasaan dan kerjasama.
Kepemilikan
dari sumber kekuatan dapat menghasilkan tingkah laku yang diminati sesuai
dengan konteks dan keahlian dari pemangku kebijakan dalam mengubah sumber daya
menjadi perilaku yang diinginkan.
Soft power
dan smart power
Smart
power adalah kemampuan untuk
mengkombinasikan sumber daya hard dan soft power
menjadi strategi yang efektif. Smart power
bisa digunakan oleh setiap negara. Seperti China sedang giat unutk
menginvestasikan pengembangan soft power
agar terlihat pengembangan militernya tidak menjadi ancaman bagi negara
tetangganya, ini adalah strategi yang cerdik.
Smart
power merupakan inti dari masalah
perubahan kekuatan. Langkah pertama dari smart power dan perubahan kekuatan yang efektif adalah pemahaman yang
penuh dari sumber kekuatan dan mengenali masalah dalam menggabungkan keduanya
pada berbagai konteks yang berbeda.
Kekuatan Militer
Banyak
orang berpikir tentang kekuatan militer
sebagai hard power untuk bertempur,
seperti tentara, tank, pesawat, kapal dan lainnya. Namun, kekuatan militer
sejak lama digunakan untuk melindungi sekutunya dan menolong rekan-rekannya.
Tingkah laku dalam melindungi sekutunya ini dapat menyebabkan soft power. Pada abad ini terjadi peningkatan
konflik dan perubahan teknologi yang meningkatkan kerentanan, kelompok kecil
ataupun aktor bukan negara dapat memiliki kekuatan penghancur. Dan sekarang
teknologi telah membawa suatu pertempuran baru yaitu serangan cyber.
Pertempuran dan perang
Peperangan
telah berlangsung sepanjang sejarah umat manusia. Dimulai dari sifat manusia
yang serakah ingin mendominasi yang lain, juga adanya penyebaran ideologi dan
juga nasionalisme. Penting diingat bahwa hard power yang berasal dari sumber militer terkadang didampingi oleh
soft power juga.
Teknologi
yang baru dapat menaikkan derajat kelompok kecil untuk menang melawan grup yang
lebih besar sampai teknologi itu tersebar. Rahasia kesuksesan mereka terletak
pada kemampuan untuk membagi populasi lokal dan bekerjasama dengan beberapa
kelompok lokal.
Untuk
memahami kekuatan militer, kita harus sadar bahwa penjelasan dari kemenangan
militer tidak hanya terletak pada kekuatan senjata atau besar tentaranya. Pada
masa kini, militer juga memiliki doktrin yang menunjukkan pentingnya
memenangkan hati dan pikiran dari masyarakat.
Untuk
mengamankan negaranya sendiri, negara mengembangkan kekuatan militernya dan
membentuk aliansi untuk menyeimbangkan kekuatan dengan yang lain.Namun bagi
negara postindustri dengan demokrasi yang tinggi, perang bukan lagi metode
utama dalam interaksinya. Bagi negara industri baru seperti China dan India
serta negara lain, perang masih menjadi alat potensi dalam interaksi mereka.
Apakah penggunaan kekuatan militer menghilang sesuai
waktu?
Penggunaan
militer mulai menurun sejak abad 21, karena faktor tabu dan aspek balas dendam.
Bagaimanapun, penggunaan senjata penghancur massal seperti nuklir masih
dianggap penting karena memiliki efek deterence. Alasan lain penggunaan
kekuatan militer menjadi lebih mahal yaitu saat penggunaannya untuk menguasai
daerah diluar teritorialnya. Juga tumbuhnya sikap anti militerisme dari
internal negara, khususnya demokrasi. Dan yang terakhir adalah banyaknya
masalah yang tidak bisa diatasi oleh kekuatan militer saja.
Meskipun
militer masih merupakan instrumen penting dalam dunia politik, namun masih ada
instrumen lainnya seperti ketergantungan ekonomi, komunikasi, organisasi
internasional, dan aktor transnasional. Penggunaan militer saat ini sangat
kompleks dan membutuhkan biaya yang besar.
Perubahan generasi perang
Peperangan
generasi pertama menggunakan taktik baris-berbaris seperti pada revolusi
Perancis. Generasi kedua mengandalkan kekuatan tembakan artileri pada perang
dunia ke-1. Generasi ketiga muncul dari taktik perang kilat Jerman. Adanya ide
baru dan perkembangan teknologi mendorong perubahan generasi ini. Kemudian
generasi keempat masa kini, berfokus kepada keinginan politik dan kelompok
masyarakat untuk bertempur, sehingga mengaburkan batas antara kekuatan militer
dan kekuatan lainnya.
Perang
yang masih banyak terjadi adalah perang antar aktor bukan negara.
Kelompok-kelompok ini seperti gerilyawan, teroris, milisi dan juga organisasi
kriminal. Beberapa kelompok melihat konlik ini merupakan kepanjangan dari
politik yang akan melanggengkan kekuasaan mereka atas suatu wilayah. Sangat
jarang konflik ini menggunakan metode konvensional seperti jaman dahulu,
sehingga peperangan menjadi campuran antara berbagai macam taktik, senjata,
teror dan juga tindakan kejahatan. Beberapa ahli menyebut peperangan ini
sebagai peperangan asimetris. Contohnya China yang menganggap menentang secara
langsung Amerika adalah tindakan yang bodoh, sehingga mereka mengembangkan
strategi peperangan yang mengkombinasikan cyber, diplomatik, jaringan teroris,
ekonomi, teknologi, dan propaganda untuk melemahkan sistem Amerika.
Teknologi
memiliki peranan yang penting pada kekuatan militer. Teknologi memajukan
kekuatan militer pada negara berkembang, namun teknologi yang lama rentan
terhadap teknologi yang berasal dari negara maju. Namun, apabila terlalu
berfokus kepada teknologi maka dapat mengalami kegagalan dalam memberikan
pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan tempur dari prajurit.
Salah
satu taktik militer yang menggunakan soft power
adalah taktik melawan gerilyawan. Disini soft power diintegrasikan dengan strategi militer. Hard power digunakan untuk membersihkan
wilayah dari gerilyawan, dan soft power
digunakan dalam membangun jalan, klinik dan sekolah. Namun taktik seperti ini
tidak selalu berhasil, karena terdapat faktor seperti korban jiwa, budaya,
korupsi yang membuat taktik memenangkan hati dan pikiran masyarakat menjadi
susah untuk dicapai. Selain gerilyawan, masih ada hal lain yang berpotensi
ancaman terhadap keamanan nasional, seperti pembajakan di laut, penghapusan
nuklir, kejahatan internasional, terorisme dan juga bencana alam.
Bagaimana kekuatan militer dapat digunakan untuk
mencapai tujuan.
Kekuatan
militer dapat dilihat dari besarnya anggaran, jumlah anggota, infrastruktur,
lembaga dan industri pertahanan. Juga dilihat dari strategi, doktrin, latihan,
organisasi dan inovasinya. Dan perlunya dilihat dimensi angkatan darat, laut,
dan udara. Penggunaan kekuatan militer adalah sangat penting, namun adanya
strategi yang mengkombinasikan sumber yang dimiliki adalah kunci dari kekuatan
militer yang cerdas. Apabila melihat dari ketiga jenis aspek kekuatan yang ada,
kekuatan militer sering digunakan untuk memaksa pihak lain merubah tujuan
mereka.
Kekuatan
militer juga mempengaruhi pembuatan agenda yang merupakan aspek kedua dari
kekuatan. Contohnya adalah negara Mexico menginginkan merebut kembali wilayah
yang diambil oleh Amerika pada saat abad 19, namun tidak mungkin menggunakan
kekuatan militer untuk merebutnya kembali. Kekuatan militer juga membentuk
pilihan yang merupakan aspek ketiga dari kekuatan. Sebagai contoh, Hitler dan
Stalin dapat membuat perasaan tidak tertandingi dengan kekuatan militernya.
Kekuatan
militer dapat terbagi menjadi empat kategori yang merupakan penggunaannya saat
ini. Pertama, yaitu untuk berperang dengan menggunakan kompetensinya dan
legitimasi. Kedua, diplomasi ancaman yang bergantung pada kredibilitas dan
biaya yang harus ditanggung akibat adanya ancaman. Ketiga, pemberian
perlindungan kepada negara aliansi. Dan keempat, pemberian bantuan berupa
latihan bersama atau bantuan kemanusiaan. Yang terpenting bahwa soft power yang muncul dari kedermawanan,
kompetensi, legitimasi dan kepercayaan dapat meningkatkan derajat dari
penggunaan hard power pada militer.
Strategi yang dapat menggunakan keduanya dengan sukses dapat disebut strategi
militer yang cerdas.
Di
masa depan, kekuatan militer dalam dunia politik menjadi salah satu faktor
untuk dapat membentuk agenda, yaitu aspek kedua adri kekuatan. Kekuatan militer
akan tetap penting karena membantu negara masuk dalam sistem internasional.
Penyebaran dan
Kekuatan Cyber
Ada
dua jenis pergeseran kekuasaan yang terjadi di abad ini yaitu transisi
kekuasaan dan difusi kekuasaan. Transisi kekuasaan dari satu negara dominan
yang lain adalah peristiwa historis akrab, tapi difusi daya merupakan proses
yang lebih baru. Saat ini masalah bagi semua negara di era informasi global
adalah bahwa lebih banyak hal-hal yang terjadi di luar kendali bahkan negara
yang paling kuat. Menurut seorang mantan direktur departemen negara perencanaan
kebijakan, "kebanyakan penyebab proliferasi informasi adalah nonpolarity
seperti poliferasi persenjataan." atau seperti salah satu analis Inggris
mengatakan, "kita akan menghadapi lebih banyak risiko, ancaman dan
tantangan yang mempengaruhi orang-orang di suatu negara atau sepenuhnya di
negara-negara lain seperti krisis finacial, kejahatan terorganisir, migrasi
massal, pemanasan global, pandemik dan terorisme internasional, salah satu
alasan kesulitan utama adalah bahwa kekuasaan telah menyebar baik secara
vertikal dan horizontal.
Beberapa pengamat menyambut tren ini menandai sebagai penurunan dari negara berdaulat yang telah menjadi institusi global yang dominan sejak Perdamaian Westphalia pada 1648. Mereka memprediksi bahwa revolusi informasi akan meratakan hirarki birokrasi dan menggantinya dengan organisasi jaringan, fungsi yang lebih pemerintah akan ditangani oleh pasar swasta maupun oleh badan nirlaba. Komunitas jaringan akan mengembangkan pola dimana orang akan melakukan segala kegiatan dari dunia maya, sehingga pola masyarat yang baru ini akan menjadi analog modern dan lebih beradab ke dunia feudal sebelum munculnya negara modern. Pola baru masyarakat lintas sektor dan pemerintahan akan menjadi analog modern dan lebih beradab ke dunia feodal yang ada sebelum munculnya negara modern
Revolution
Informasi
Revolusi informasi saat ini, kadang-kadang disebut "Revolusi industri Ketiga", didasarkan pada kemajuan teknologi yang cepat dalam komputer, komunikasi, dan perangkat lunak yang pada gilirannya telah menyebabkan penurunan dramatis dalam biaya pembuatan, pengolahan dan transmisi, dan mencari informasi. Karakteristik kunci dari revolusi informasi ini tidak kecepatan komunikasi antara kaya dan berkuasa : selama lebih dari 130 tahun, komunikasi instan melalui telegraf telah dimungkinkan betweem Eropa dan Amerika Utara. Perubahan penting adalah pengurangan besar dalam biaya transmisi informasi.
Karena biaya komputasi dan komunikasi turun, hambatan masuk penurunan. Kedua individu dan organisasi swasta, mulai dari perusahaan untuk LSM untuk teroris, diberdayakan bermain peran langsung dalam politik dunia. Penyebaran informasi berarti bahwa kekuasaan akan lebih banyak mendistribusikan dan jaringan informal akan melemahkan monopoli birokrasi tradisional. Kecepatan waktu internet berarti semua pemerintah memiliki lebih sedikit kontrol agenda mereka . Para pemimpin politik akan menikmati derajat lebih sedikit kebebasan sebelum mereka harus menanggapi peristiwa, dan kemudian mereka akan harus berbagi panggung dengan aktor - lebih.
Pemerintah dan
Aktor Transnational
Masalah sebenarnya terkait dengan difusi kekuasaan bukanlah keberadaan lanjutan dari negara, tapi bagaimana fungsi. Badan usaha milik negara hidup berdampingan dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang meludah ratusan batas. IBM, misalnya, dua-pertiga dari total pendapatan dari luar negeri, dan hanya seperempat dari yang 400.000 orang tenaga kerja terletak di Amerika Serikat.
Biaya menciptakan organisasi transnasional atau jaringan telah menjadi sepele. Banyak dari aktor transnasional baru mengaku bertindak sebagai "nurani global" yang mewakili kepentingan publik luas di luar wilayah negara masing-masing. Meskipun mereka tidak dipilih secara demokratis, para pelaku ini kadang-kadang membantu mengembangkan norma-norma baru dengan langsung menekan pemerintah dan para pemimpin bisnis untuk mengubah kebijakan dan dengan secara tidak langsung mengubah persepsi publik legitimasi dan apa pemerintah dan perusahaan harus melakukan. Dalam hal sumber daya listrik, kelompok-kelompok ini jarang memiliki banyak hard power, tapi revolusi informasi telah sangat meningkatkan soft power mereka. Mereka dapat me-mount "penamaan dan mempermalukan " kampanye terhadap merek perusahaan atau pemerintah yang relatif mudah. Aliran transnasional terdahulu sangat dikendalikan oleh struktur besar formal terorganisir. dunia maya tidak akan menggantikan ruang geografis dan tidak akan menghapuskan kedaulatan negara, maka akan hidup berdampingan dan sangat menyulitkan apa artinya menjadi negara berdaulat atau negara kuat di abad kedua puluh satu.
Cyberpower
Cyber semula berdiri untuk kegiatan elektronik dan yang berkaitan dengan komputer. "dunia maya adalah domain operasional dibingkai dengan menggunakan elektronik untuk... mengeksploitasi informasi melalui sistem yang saling berhubungan dan infra struktur yang terkait". World wide web dimulai pada tahun 1989 ( Google ) .
ICANN ( korporasi internet untuk nama dan nomor yang ditugaskan ) diciptakan pada tahun 1998, dan pemerintah AS mulai mengembangkan rencana nasional yang serius untuk cybersecurity hanya sejak pergantian abad. Pada hari-hari awal internet itu, libertarian menyatakan bahwa " informasi ingin bebas " dan menggambarkan internet sebagai akhir dari pemerintah dan yurisdiksi geografis terus memainkan peran utama, tapi domain ini juga ditandai dengan difusi kekuasaan.
Cyberpower dapat didefinisikan dalam hal seperangkat sumber daya yang berhubungan dengan penciptaan, kontrol, dan komunikasi informasi - infrastruktur elektronik dan berbasis komputer, jaringan, perangkat lunak, keterampilan manusia. Tetapi juga intranet, teknologi seluler, dan ruang berbasis memperoleh hasil yang diinginkan melalui penggunaan sumber daya informasi elektronik saling berhubungan cyberdomain tersebut .
Geografi dunia maya jauh lebih bisa berubah daripada lingkungan lainnya. Gunung dan lautan sulit untuk bergerak, tetapi bagian-bagian dari dunia maya dapat diaktifkan dan dinonaktifkan dengan clik switch . Biaya pengembangan gugus tugas multi- operator dan armada kapal selam menciptakan hambatan besar untuk masuk dan membuatnya masih mungkin untuk berbicara tentang dominasi angkatan laut Amerika.
Hambatan untuk masuk dalam cyberdomain, namun begitu rendah sehingga pelaku nonstate dan negara-negara kecil dapat memainkan peran significatn pada tingkat rendah biaya. Berbeda dengan laut, udara, dan ruang, "saham maya mempunyai tiga karakteristik yaitu dengan perang darat, jumlah pemain, kemudahan masuk, dan kesempatan untuk penyembunyian. di darat, dominasi bukanlah kriteria mudah dicapai". Ketergantungan pada cybersystems kompleks untuk mendukung kegiatan militer dan ekonomi menciptakan kerentanan baru di negara-negara besar yang dapat expolited oleh aktor-aktor non negara.
Konflik ekstrim di cyberdomain, atau "cyberwar", juga berbeda. Mempengaruhi dari perang terhadap perdagangan "intra-dunia maya kekuasaan" dari "extra- dunia maya daya". cyberdomain, instrumen informasi dapat digunakan untuk menghasilkan soft power di dunia maya melalui agenda - framing, daya tarik, atau persuasi . Sumber daya dunia maya juga dapat menghasilkan hard power dalam dunia maya . seperti virus dan hacktivists.
Informasi cyber dapat melakukan perjalanan melalui dunia maya untuk menciptakan soft power dengan menarik warga di negara lain. Sebuah kampanye diplomasi publik melalui internet seperti menjelaskan dalam pasal 4 adalah contoh. Tapi informasi maya juga bisa menjadi sumber daya hard power yang dapat melakukan kerusakan target fisik di negara lain. Dalam beberapa fasilitas seperti rumah sakit, generator cadangan dapat menyediakan ketahanan dalam kasus serangan mengganggu, tetapi pemadaman daerah luas akan lebih sulit untuk diatasi. Instrumen fisik dapat menyediakan sumber daya listrik yang dapat dibawa untuk menanggung pada dunia cyber ini.
Pemerintah mengontrol perilaku di internet melalui ancaman tradisional fisik mereka untuk perantara seperti penyedia layanan internet, browser, mesin pencari, dan perantara keuangan . Buat soft power, pemerintah dapat mengatur server khusus dan perangkat lunak yang dirancang untuk membantu para aktivis hak asasi manusia server dan softwere dirancang untuk membantu para aktivis hak asasi manusia menyebarkan pesan mereka meskipun upaya instrumen fisik dapat memberikan baik sumber daya keras dan lunak daya yang dapat digunakan terhadap internet
Daya dalam cyberdomain adalah untuk mempertimbangkan tiga wajah atau aspek kekuasaan yang dijelaskan di tiga aspek, pertama wajah kekuasaan adalah kemampuan seorang aktor untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang bertentangan dengan preferensi awal mereka atau strategi, kedua wajah daya agenda-Mengatur atau agenda- framing dimana seorang aktor menghalangi pilihan lain dengan pengecualian dari strategi mereka, ketiga wajah kekuasaan melibatkan satu aktor membentuk sama lain preferensi awal sehingga beberapa strategi bahkan tidak dianggap.
Aktor dan Sumber Daya Relatif
Kita dapat membagi aktor di dunia maya menjadi tiga kategori : Pemerintah, organisasi dengan jaringan yang sangat terstruktur , dan individu dan jaringan ringan terstruktur
A. Pemerintah Utama
1. Pengembangan dan dukungan infrastruktur, pendidikan, kekayaan intelektual .
2. Pemaksaan hukum dan fisik dari individu dan perantara berada dalam batas-batas
3. Ukuran pasar dan kontrol akses- misalnya Uni Eropa, China, Amerika Serikat
4. Sumber daya untuk serangan cyber dan cyberdefense : birokrasi, anggaran, badan intelijen
5. Penyediaan barang publik, seperti peraturan yang diperlukan untuk perdagangan
6. Reputasi untuk legitimasi, kemurahan hati, dan kompetensi yang menghasilkan soft power.
kerentanan kunci : ketergantungan yang tinggi terhadap sistem yang kompleks dengan mudah terganggu, ketidakstabilan politik, kemungkinan kehilangan reputasi.
B. Organisasi dan jaringan yang sangan terstruktur
1. Anggaran yang besar dan sumber daya manusia , skala ekonomi
2. Fleksibilitas transnasional
3. Kontrol kode dan pengembangan produk, pembangkitan aplikasi
4. Merek dan reputasi
kerentanan kunci : tuntutan hukum, pencurian kekayaan intelektual, sistem gangguan, kemungkinan kehilangan reputasi (nama dan malu )
C. Individu dan jaringan ringan terstruktur
1. Murah untuk investasi masuk
2. Anonimitas virtual dan kemudahan keluar
3. Kerentanan asimetris dibandingkan dengan pemerintah dan organisasi-organisasi besar .
kerentanan kunci : legal dan ilegal paksaan oleh pemerintah dan organisasi jika tertangkap
Aktor pemerintah
Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk mensubsidi infrastruktur, pendidikan komputer, dan perlindungan hak milik intelektual yang akan mendorong (mencegah) pengembangan kemampuan dalam perbatasan mereka . Geografi juga berfungsi sebagai dasar bagi pemerintah untuk melakukan pemaksaan hukum dan kontrol , Pemerintah juga memiliki kapasitas untuk melaksanakan ofensif serangan cyber.
Peralihan Power (Power Transition)
Power
merupakan elemen penting bagi sebuah negara. kuat atau lemahnya suatu negara
ditentukan seberapa besar power yang
ia miliki. Power disini diasosiasikan
dengan power militer, power ekonomi, power politik dan lain-lain. Semakin besar power yang dimiliki, maka akan menciptakan situasi hegemoni, ketika
sebuah negara bebas melakukan apa saja terhadap negara lain. Contoh kasus, pada
zaman yunani kuno, ketika terjadi perang Peloponesian, peningkatan kekuatan
Athena dan ketakutan yang dibuat oleh Sparta. Sama halnya pada Perang Dunia I,
ketika peningkatan power Jerman dan
ketakutan yang dibuat oleh Inggris. Pada saat ini, momen itu terjadi lagi
ketika muncul kekuatan baru, China yang berusaha mengimbangi Amerika Serikat.
Amerika
muncul sebagai negara hegemoni pasca Perang Dunia II. Akan tetapi, hegemoni
Amerika diimbangi dengan hegemoni Uni Soviet kala itu. Kedua negara saling
berhadapan dalam berbagai persaingan seperti tekhnologi angkasa, nuklir,
ekonomi, politik, PBB. Namun kedua negara tidak pernah berhadapan secara
langsung di medan perang. Hanya terjadi proxy
war seperti di Korea, Vietnam, dan Jerman.
Fase
penurunan sebuah kekuatan hegemoni telah terbukti sejak zaman yunani kuno dan
apakah fase itu akan terjadi sekarang, ketika Amerika Serikat mengalami
beberapa kemunduran atau memang terjadi peningkatan signifikan yang dilakukan
oleh beberapa negara seperti China. Data membuktikan bahwa pada awal abad ke
21, Amerika tetap menjadi negara hegemoni dengan hanya populasi 5% dari seluruh
penduduk dunia, akan tetapi menguasai seperempat lebih produk dunia,
pengeluaran militer yang lebih dari setengah pengeluaran militer di seluruh
dunia, dan sebagai negara yang paling kuat dalam bidang budaya dan pendidikan.
Namun yang perlu digaris bawahi adalah apakah power itu tergantung apa yang dikeluarkan oleh sebuah negara atau power itu apa yang ada di dalam sebuah
negara. oleh karena itu, power sangat
relative.
Uni
Eropa muncul sebagai kekuatan nyata yang mampu menandingi Amerika Serikat dari
segi power. Pendapatan ekonomi per
kapita Amerika memang lebih besar dari Eropa dikarenakan pendatang yang masuk
ke Eropa kebanyak orang miskin, akan tetapi secara keseluruhan, total ekonomi
Uni Eropa lebih besar ketimbang total ekonomi Amerika. Selain itu, dari segi
tekhnologi, SDM, dan kegiatan perdagangan eksport, Uni Eropa unggul dari
Amerika. Dari segi militer, Eropa hanya mengeluarkan setengah apa yang
dikeluarkan oleh Amerika dalam bidang pertahanan, akan tetapi memiliki jumlah
prajurit lebih banyak dan Uni Eropa juga memiliki dua gudang nuklir. Dari segi
soft power, Uni Eropa merupakan
pionir dalam organisasi internasional dan memiliki pengaruh besar di seluruh
dunia.
Negara
kedua yang berpotensi bersaing dengan Amerika ialah Jepang. Dari segi ekonomi
dan militer, Jepang memiliki potensi besar pasca perang dunia II. Jepang
merupakan negara yang memiliki kekuatan ekonomi ketiga terbesar di dunia,
industry besar, dan kekuatan militer paling modern di Asia. Hal menarik terjadi
apabila Jepang berkombinasi dengan China. Kedua negara tersebut memiliki
potensi besar dalam bersaing dengan Amerika. Pada tahun 2006, China merupakan
partner dagang terbesar Jepang dan memiliki hubungan yang baik dengan
pemerintahan Jepang sejak tahun 2009.
Potensi
pesaing juga muncul dari BRIC (Brazil, Rusia, India, China). Menurut Goldman
Sachs, BRIC muncul sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar dan “emerging markets”. BRIC mencakup 42%
populasi dunia dan 33% pertumbuhan ekonomi dunia. Menurut Medvedev, perdagangan
dunia tidak akan sukses apabila menggunakan mata uang dollar Amerika. BRIC
berencana membuat regulasi sendiri diantara mereka dalam melakukan kerjasama
perdagangan. Keberadaan BRIC menjadi pesaing nyata bagi Amerika khususnya dalam
bidang perdagangan dunia.
Pesaing
selanjutnya adalah Rusia. Sebagai negara pewaris utama Uni Soviet, Rusia selalu
muncul sebagai pesaing utama Amerika dalam berbagai bidang. Russia saat ini
bukan negara komunis lagi, secara politik dan ekonomi dapat dikategorikan
menganut sistem kapitalis seperti Amerika. Terjadi modernisasi pasca runtuhnya
Uni Soviet, khususnya dalam bidang ekonomi. Russia kini menguasai sumber daya
alam di kawasan Eropa Timur. Dengan memiliki kekuatan ekonomi yang kuat, Russia
berusaha mencari posisi tawar lebih ketika berhadapan dengan negara lain.
India
seringkali dianggap menjadi kekuatan masa depan dengan bermodalkan jumlah
penduduk sekitar 1.2 miliyar jiwa. India juga disebut sebagai “hindu rate of economic growth” karena
mayoritas penduduk india menganut agama Hindu. India diprediksi akan melewati
ekonomi Britania dan Jepang pada satu decade mendatang. Dari segi militer,
India diperkirakan memiliki 60-70 senjata nuklir, missil jarak menengah,
program luar angkasa, 1.3 juta pasukan militer dan pengeluaran belanja militer
pertahun sekitar 30 miliyar dollar per tahun. Selain itu juga, India memiliki
diplomasi budaya yang kuat seperti yang ditunjukan oleh industry film Bollywood
yang mampu menandingi Hollywood.
Negara
potensi sebagai pesaing lainnya adalah Brazil. Brazil pada awalnya hanya negara
biasa yang tidak memiliki ekonomi kuat, namun mulai bertransformasi ketika
menjadi salah satu bagian dari BRIC.
Pada tahun 2000, Brazil menunjukan kemajuan yang pesat ditandai dengan
pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Beberapa analis berpendapat, Brazil memiliki
sumber power yang potensial sebagai
modal menjadi negara yang patut diperhitungkan di masa depan seperti, luas
wilayahnya, jumlah penduduknya, GDP yang mencapai 2 triliyun yang menyamai
pencapaian Russia, pendapatan per kapita yang mencapai 10 ribu dollar. Dari
segi militer, Brazil memang tidak sekuat negara BRIC lainnya, akan tetapi
Brazil tidak memiliki competitor sebanding di kawasan Amerika Selatan. Dari
segi soft power, sepak bola merupakan
komoditi utama Brazil, tidak terhitung jumlah pemuda Brazil yang menjadi pemain
sepak bola di seluruh penjuru dunia.
Pesaing
utama Amerika yang terakhir dan yang paling berpotensi menggeser Amerika
Serikat sebagai kekuatan utama dunia adalah China. Populasi besar, ekonomi
kuat, militer yang canggih, kuat dan paling besar, serta pertumbuhan ekonomi
terbesar seluruh dunia. Goldman memprediksikan pada tahun 2027, China mampu
menggeser Amerika secara ekonomi. Dari segala bidang, China muncul sebagai
negara terdepan yang berpotensi menggeser Amerika Serikat sebagai negara super power di dunia ini.
Smart Power
Kekuasaan
pada hakikatnya bukan tentang baik atau buruk. Memiliki sumber kekuasaan yang
kecil bermakna kemungkinan lebih lemah dan memperoleh hasil yang lebih, tetapi
kekuasan lebih dapat menjadi sumber kehancuran, daripada manfaatnya , jika hal
tersebut menuntun pada kepercayaan yang berlebih dan strategi yang tidak sesuai
bagi perubahan kekuasan. Lord kuActon mengungkapkan bahwa kekuasaan yang tidak murni dan
kekuasaan yang mutlak sesungguhnya tidak murni , maka studi-studi itu
menunjukkan bahwa ketidakmurnian secara khusus itu dari peikiran mereka yang berhak.
Dari sisi psikologi tentang paradox kekuasaan sebagai fakta bahwa kekuasaan
adalah cenderung pada pribadi,kelompok,atau Negara yang mendahulukan
kepentingan untuk mereka yang terbaik dalam kehidupan sosial yang cerdas akan
tetapi ketika mereka ingin menjadi pemimpin itu adalah apa yang telah mereka rusak dari pemilikan
kekuasaan. Anggapan berbeda dari alkitab oleh David dan Goliath, sumber
kekuasaan superior dari orang Philistine
menyesatkan nya ke dalam strategi yang lebih rendah, yang mana hal tersebut
menuju pada kekalahan dan kematian.
Kisah
smart power pada abad ke 21 tidak hanya tentang memaksimalkan kekuasaan atau
memelihara kekuasaan tertinggi. Namun lebih kepada mencari cara untuk
mengkombinasikan sumberdaya untuk keberhasilan strategi dalam konteks baru dari
penyebaran kekuasaan. Strategi
adalah suatu cara yang berkaitan dengan
tujuan dan yang
memerlukan kejelasan tentang
tujuan (hasil pilihan),
sumber daya dan taktik untuk penggunaan
mereka. strategi cerdas memberikan
jawaban atas lima pertanyaan. pertama, tentang
tujuan atau hasil yang lebih disukai? Hal ini memerlukan lebih dari
sekedar pembangunan belaka dari
daftar keinginan yang tak terbatas,
dan lebih kepada menetapkan prioritas yang
akan menstrukturkan pertukaran
tersebut. hal itu juga memerlukan pemahaman hubungan antara
tujuan kepemilikan nyata dan tujuan struktur umum, serta yang meliputi
tujuan titik nol kekuasaan
atas orang lain dan yang melibatkan keuntungan bersama yang membutuhkan daya dengan
orang lain.
Pertanyaan kedua tentang sumber daya apa yang tersedia di dalam
konteks ini. Hal ini bukan saja soal persediaan yang akurat dan lengkap dari sumber daya yang
dibutuhkan, tapi lebih mengubah situasi
yang berbeda. Pertanyaan ketiga, tentang posisi dan preferensi dari target dalam upaya
mempengaruhi, pada survei strategi
klasik menekankan tentang penting untuk memiliki gambaran
yang kuat tentang
kemampuan dan kecenderungan dari
lawan-lawan yang
berpotensial. kecenderungan dari suatu target tidak penting terlalu banyak dalam sebuah kesuksesan .
Kemudian menjurus pada pertanyaan keempat, bentuk perilaku kekuasaan yang paling
mungkin berhasil pada waktu yang
wajar dan biaya dengan perilaku perintah hard
power atau dengan perilaku co-optive
pengaturan agenda, persuasi, dan daya tarik atau kombinasi dari dua , bagaimana taktik
untuk menggunakan perilaku ini mengarah
pada persaingan atau penguatan di antara mereka, misalnya ketika akan
penggunaan hard and soft power memperkuat
dari melemahkan sama
lain. kelima, kemungkinan sukses.
segala tujuan yang mulia dapat memiliki
berbagai konsekuensi buruk jika mereka
disertai dengan optimisme yang berlebihan atau keinginan
membuta mengenai peluang keberhasilan. Terkadang kecenderungan
akan target tidak mementingkan soal
banyaknya sebuah kesuksesan . Mengarah pada pertanyaan
keempat, bentuk dari perilaku kekuasaan
yang paling mungkin berhasil pada waktu yang masuk akal dan nilai dengan tingkah laku dari
suatu komando berupa hard power atau dengan perilaku
kerjasama termasuk dalam agenda pengaturan, persuasi, dan daya tarik atau kombinasi dari keduanya. Lalu dijelaskan tentang
bagaimana taktik untuk penggunaan perilaku ini
mengarah pada persaingan atau penguatan di
antara mereka, yaitu pada penggunaan
hard power dan soft power dalam menguatkan untuk melemahkan satu sama lain.
Pertanyaan kelima, tentang kemungkinan
keberhasilan. Segala tujuan yang mulia dapat memiliki berbagai konsekuensi buruk
jika mereka disertai dengan optimisme yang berlebihan atau keinginan yang membabi buta terkait peluang keberhasilan.
Strategi Smart Power dalam
Negara
Sesuai dengan kantor Departemen Negara yang tertinggi, konsep dari
smart power adalah integrasi yang cerdas
dan jaringan diplomasi, pertahanan, pengembangan, dan alat-alat lain yang disebut hard dan soft power merupakan inti dari visi kebijakan
presiden obama dan
sekretaris clinton. Tetapi
istilah smart power lebih sulit
cocok untuk sebuah semboyan (tidak ada yang ingin menjadi “bodoh”), smart power juga
bisa digunakan untuk analisis dan
sama sekali tidak terbatas pada Amerika Serikat saja.
Negara-negara kecil seringkali mahir dalam strategi smart power.
Singapura dalam hal ini sudah cukup menginvestasikan sumber daya militernya
untuk membuat dirinya tampil agar dapat sulit dipahami bagi pandangan negara tetangga yang ingin menghalangi,
tetapi telah digabungkan pendekatan ini dengan dukungan aktif kegiatan diplomatik
di ASEAN, sekaligus sebagai upaya
untuk memiliki universitas yang berperan sebagai penghubung jaringan kegiatan non
pemerintahan di daerah.
Sejarahnya, Negara yang baru telah menggunakan strategi smart power
untuk kebaikan yang berguna. Di jepang
terjadi peralihan ke strategi
yang telah meminimalkan kekuatan militer
dan mengandalkan sekutu
Amerika . Hal ini adalah pemikiran tersendiri untuk
fokus pada pertumbuhan ekonomi yang
telah berhasil dalam aspek tersebut,
tapi itu berkembang hanya pada militer yang moderat dan soft
powernya. Lalu pada pada tahun 2000
sebagai puncak kekuasaan
orang-orang Amerika, masyarakat
sekarang menunduk ke barat,
dari kalangan pemimpin, untuk dunia akademis, dan dalam keseharian setiap
orang. Tetapi cerita tersebut
dapat mengarah pada konflik. Selama kepercayaan dalam penilaian kekuasaan (telah digabungkan dengan ketidakamanan dalam masalah domestik) menimbulkan perilaku
kebijakan luar negeri Cina yang lebih tegas pada paruh kedua tahun 2009. Telah disarankan bahwa Cina harus berjalan
hati-hati dan terampil
dalam bersikap rendah hati.
Negara yang dominan juga
memiliki dorongan untuk mengkombinasikan
sumber hard and soft power. Kerajaan
dalam hal ini lebih mudah menguasai
saat bertumpu pada soft power dan ketertarikan maupun kekuatan dari pemaksaan
hard power. Perkembangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
melakukan sebuah usaha untuk menjaga hal –hal yang tersisa dari soft power
negara yangada pada konteks pascakolonial baru. Strategi utama Negara adalah
sebuah awal teori dan kisah tentang bagaimana untuk mempersiapkan keamanannya,
kesejahteraannya, dan identitas (kehidupan, kemerdekaan,dan pencarian
kebahagiaan di dalam istilah Jefferson), dan strategi harus menjadi penyesuaian
untuk konteks dalam perubahan.
Strategi adalah bukan suatu posisi mistik pada pemerntahan teratas.
Hal ini bisa diaplikasikan dalam setiap level. Seperti yang kita sama-sama
lihat, akademik, cendekiawan, dan presiden seringkali melupakan dalam penilaian
mereka pada posisi Amerika di dunia.
Satu decade yang dengn berakhirnya Perang Dingin, Tradisi kebijakan yang
baru yang telah berubah menjadi unipolar
dengan kehegemonian Amerika. Tetapi paham unilateral yang baru telah
berdasarkan pada kesalahpahaman yang mendalam di sifat kekuasaan dalam politik
dunia dan dibawah konteks yang mana posisi oleh sumber daya yang lebih
berpengaruh akan lebih suka memproduksi hasil sebuah keluaran.
Dunia bukan dalam bentuk unipolar, multipolar, atau kacau balau,
namun tiga hal ini secara keseluruhan terjadi dalam waktu yang sama. Sehingga,
smart grand strategy harus bisa ditangani dengan cara pembagian yang sangat
berbeda pad kekuasaan di dalam daerah-daerah yang berbeda dan mengerti tentang
tarik menarik yang terjadi di antara mereka. Dalam isu yang berkembang di papan
atas tentang hubungan militer antarnegara, sebuah pemahaman akan bentuk dari
cara aliansi dan kekuasaan yang seimbang akan tetap berada pada kegentingan.
Hegemoni teori telah melihat isu-isu transisi dan kemungkinan dari
sebuah konflik, Negara-negara hegemoni adalah perlu untuk pemerintahan global
dan harus mengambil peranan penting dalam produksi publik global. Pemerintahan
global tidak seperti di abad 20an, dunia memiliki ratusan ancaman,
institusi-institusi, rezim-rezim untuk mengatur area-area perilaku antarnegara
yang bekisar antara telekomunikasi, penerbangan sipil, gardu laut, perdagangan,
dan bahkan perkembang biakan senjata nuklir. Tetapi seperti institusi-institusi
jarng mementingkan kepentingan sendiri dan tetap pada keuntungan dari
kepemimpin pada kekuasaan yang baik.
Lima langkah dalam
membangun strategi smart power
Amerika, langkah pertama dalam merancang strategi smart power adalah kejelasan
mengenai kata sifat. apakah
tujuan dominan harus
untuk mencari untuk menyimpan keutamaan atau kelebihan
sumber daya kekuasaan atau untuk mempromosikan nilai-nilai baik dengan menyempurnakan demokrasi baik di rumah maupun dengan mempraktekkan intervensi liberal luar negeri. ini
terkadang dianggap sebagai pertarungan antara realisme dan idealisme, tapi
sebuah narasi Amerika yang sukses harus meliputi keduanya. Nilai-nilai merupakan
bagian intrinsik dari kebijakan luar negeri Amerika.
kaum realis tradisional sering membedakan antara kebijakan luar negeri berdasarkan nilai-nilai dan kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingan. misalnya untuk mencegah serangan terhadap Amerika Serikat. Namun pendekatan tradisional ini secara analitis terlalu sempit, dan sesuai kurang baik dengan sifat budaya politik Amerika.
kaum realis tradisional sering membedakan antara kebijakan luar negeri berdasarkan nilai-nilai dan kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingan. misalnya untuk mencegah serangan terhadap Amerika Serikat. Namun pendekatan tradisional ini secara analitis terlalu sempit, dan sesuai kurang baik dengan sifat budaya politik Amerika.
Kepentingan nasional yang vital pantas diprioritaskan karena
kelangsungan hidup dipertaruhkan,
tetapi hubungan antara peristiwa
tertentu dan ancaman bagi kelangsungan hidup nasional mungkin melibatkan serangkaian panjang penyebab. Nilai yang hanya
merupakan kepentingan nasional yang
tidak berwujud. dalam praktek, tradisi Amerika dalam
tujuan kebijakan luar negeri lebih
luas daripada dikotomi sederhana
antara realisme dan idealisme. sebagai hasilnya, tarik menarik dalam tujuan yang tak terelakkan. Langkah kedua dalam perkembangan strategi smart power merupakan
inventaris yang akurat dari sumber daya yang ada dan penilaian tentang bahwa
persediaan akan berubah dengan mengubah konteks dari sumber militer, Amerika Serikat
sebelumnya mengucurkan dana besar separuh anggaran global dalam sumber daya dan
memiliki teknologi yang paling canggih sehingga tidak ada negara yang dapat
menyeimbangkan kekuatan Amerika dalam pengertian tradisionalnya. Pada soft power juga, Amerika Serikat memiliki
daya yang lebih besar, meskipun ini tergantung pada berbagai tingkatan daya
tarik kebudayaan Amerika dan nilai-nilai di negara lain.
Langkah ketiga dalam smart grand strategy
Amerika adalah penilaian atas sumber daya dan keinginan dari usaha untuk
mempengaruhi target. Sikap terhadap penggunaan yang sah dari kekuatan militer
bervariasi dengan konteks ini. Selain untuk perbedaan antara negara-negara, ada
juga perbedaan penting antara aktor-aktor non- negara. dalam berurusan dengan
kelompok teroris. langkah keempat untuk strategi cerdas adalah memilih di
antara perilaku kekuasaan, memilih kekuasaan komando atau kekuasaan diadopsi
dalam situasi yang berbeda, serta menyesuaikan taktik sehingga mereka
memperkuat, daripada melemahkan, satu sama lain.Tetapi di daerah lain seperti asia tenggara, strategi untuk
penahanan telah kurang berhasil menerapkan. pada tingkat taktis, doktrin
kontrapemberontakan sangat menekankan pada timbal baliknya antara pasukan
militer yang diperlukan untuk pemberontak membersihkan dari wilayah dan
kerusakan warga sipil yang hati dan pikirannya masih terus dicari. dan dalam
beberapa kasus, kompromi tidak terhindarkan. berjuang dan mengancam adalah perilaku
dari hard power: melindungi dan membantu adalah perilaku dari soft power.
Langkah kelima untuk
strategi smart power adalah penilaian yang cermat dari kemungkinan keberhasilan dalam mencapai tujuannya, baik pada tingkat
grand strategy dan taktik adanya pengaruh upaya
tertentu. kontrapemberontakan cukup menarik sebagai doktrin
dalam cara yang membayar
perhatian terhadap keseimbangan taktis hard dan soft power, tapi dalam arti strategis itu tidak mungkin
sesuai untuk semua tempat. akhirnya penilaian yang jelas dari probabilitas keberhasilan juga memerlukan pemahaman tentang apa yang mungkin dalam hal institusi domestik Amerika dan sikap publik.
Do you have review journal about Public Diplomacy and Soft Power by Joseph S. Nye, Jr. ?
BalasHapus