Selasa, 10 Februari 2015

Interaksi Antar Aktor Dalam Kasus Semenanjung Crimea

Pertentangan antara Blok Timur dan Blok Barak pada Perang Dingin sebenarnya sudah berakhir dengan ditandai runtuhnya Uni Soviet dan Amerika sebagai last man standing. Akan tetapi, benih-benih dendam masih terlihat ketika Rusia sebagai pewari Uni Soviet tetap muncul sebagai anti-tesis Amerika Serikat.
Kompetisi Rusia dan Amerika Serikat melebar dalam perebutan power di kawasan Eropa. Negera Eropa Barat yang tergabung dalam North Atlantic Treaty Organization (NATO) hadir sebagai sekutu Amerika Serikat di wilayah Eropa. Sedangkan Rusia berusaha membangun kerjasama dengan negara-negara pecahan Uni Soviet. Masalah muncul ketika negara pecahan Uni Soviet lebih memilih untuk bergabung dengan NATO ketimbang dengan Rusia.
Kasus yang paling menunjukan kompetisi antara Amerika Serikat dengan Rusia saat ini adalah kasus Crimea. Crimea merupakan Republik Otonom Ukraina yang melakukan referendum pemisahan diri dari Ukraina. Ukraina yang telah tergabung dalam NATO dan lebih dekat dengan Eropa Barat dan Amerika Serikat membuat Rusia melakukan counter dengan mendukung kemerdekaan Crimea dari Ukraina (Tempo 2014).
Dalam memperjelas masalah ini, maka akan dibagi beberapa sub yang memperlihatkan siapa aktor yang terlibat, apa kepentingan dan perannya dan bagaimana negosiasi dan resolusi konflik yang dilakukan oleh antar aktor.
Aktor
Terdapat beberapa aktor yang terlibat dalam masalah ini, diantaranya Amerika Serikat, Rusia, NATO, Ukraina, dan Crimea.
Dalam masalah ini, Amerika Serikat merupakan salah satu anggota NATO. Keterlibatan Amerika Serikat dalam masalah ini untuk mendukung Ukraina mempertahankan Crimea. Selain itu juga, Amerika Serikat hadir sebagai balance of power terhadap Rusia yang mulai mengembangkan pakta Euresia Union dengan menggandeng negara-negara pecahan Uni Soviet.
Rusia merupakan aktor negara yang menjadi competitor abadi Amerika Serikat. Kehadiran Rusia dalam masalah ini untuk mendukung kemerdekaan Crimea. Selain itu juga, Rusia mulai mengembangkan sayap Euresia Union ke negara-negara pecahan Uni Soviet.
NATO merupakan sebuah kerjasama collective security yang dibangun oleh Amerika Serikat paska Perang Dunia II. NATO awalnya dibangun dengan tujuan mengcounter Pakta Warsawa buatan Uni Soviet kala itu. Namun, sejak Uni Soviet runtuh, NATO mulai melebarkan sayap dengan menggandeng negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Ukraina.
Ukraina awalnya bagian dari Uni Soviet. Kemudian paska runtuhnya Uni Soviet, Ukraina mendeklarasikan diri sebagai negara berdaulat. Berjalannya waktu, Ukraina bergabung dengan Uni Eropa dan NATO. Akan tetapi, masih terdapat beberapa wilayah di Ukraina yang lebih memilih dekat dengan Rusia seperti Crimea.
Crimea merupakah salah satu dari wilayah Ukraina yang lebih memilih bergabung dengan Rusia. Penduduk Crimea 60% beretnis Rusia, sehingga tidak aneh mereka lebih memilih dekat dengan Rusia ketimbang Barat.
Kondisi Interaksi
Masalah Crimea saat ini bagaikan ladang pertempuran bagi kelompok yang pro-barat dan pro-Rusia. Ukraina terpecah menjadi dua, ketika Presiden Ukraina Viktor Yanukovych lebih condong ke Rusia. Sehingga terjadi penolakan besar-besar yang melengserkan Presiden Viktor. Situasi perebuatan kekuasaan di Ukraina sangatlah rumit, Amerika Serikat, NATO, Rusia, Uni Eropa bahkan tragedi jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines menambah runyam siapa aktor yang bertanggung jawab dalam kecelakaan itu.
Dibawah ini akan digambarkan sebuah skema yang menunjukan hubungan antar aktor yang terlibat dalam konflik di Semenanjung Crimea tersebut.

 









                                       Kerjasama
                                       Kompetisi
Rumitnya interaksi antar aktor diatas menunjukan bahwa masalah Crimea mampu menjadi pemicu konfrontasi lama antara Amerika Serikat dan Rusia sebagai pewaris utama Uni Soviet. Bahkan bukan tidak mungkin, peperangan secara terbuka antara negara akan terjadi. Namun, tren saat ini, setiap negara menghindari hal itu, mereka menggunakan forum negosiasi di PBB atau Uni Eropa untuk saling menekan dan berargumentasi untuk menjatuhkan lawannya.
Negosiasi Penyelesaian Kasus
Dalam usaha penyelesaian kasus ini, jalur diplomasi dan negosiasi memang harus dikedepankan oleh semua pihak. Karena isu ini mulai melebar menjadi isu pada Perang Dingin masa lampau, antara Blok Barat dan Blok Timur. Paska dilengserkannya Presiden Ukraina Viktor yang pro-Rusia, Perdana Menteri Ukraina, Arseny menyatakan bahwa Ukraina siap bernegosiasi dengan Rusia dalam penyelesaian kasus ini (Republika 2014).
Pada bulan Agustus 2014, Presiden Ukraina Petro Poroshenko bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Minsk, Belarusia (News Okezone 2014). Dalam pertemuan tersebut, Poroshenko berharap kasus Crimea ini dapat diselesaikan dengan damai.
Dalam pandangan penulis, masalah Crimea memang harus dipecahkan secara bilateral antara Ukraina dengan Rusia. Karena Rusia mengklaim bahwa mayoritas etnis Rusia di Crimea mengalami ancaman sehingga Rusia memiliki kewajiban untuk melindungi warga Crimea. Situasi makin memburuk ketika Amerika Serikat dan Uni Eropa ikut campur. Namun, keterlibatan Amerika Serikat, Uni Eropa dan NATO dapat dibenarkan karena Ukraina salah satu anggota Uni Eropa dan NATO.

Daftar Pustaka
Republika. 2014. Ukraina Siap Dialog Dengan Rusia Soal Crimea. Diakses pada 28/1/2015.http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/03/13/n2d7we-ukraina-siap-dialog-dengan-rusia-soal-crimea
Okezone. 2014. Negosiasi Akhiri Krisis Di Ukraina Berakhir Gagal. Diakses pada 28/1/2015.http://news.okezone.com/read/2014/03/06/414/950753/negosiasi-akhiri-krisis-di-ukraina-berakhir-gagal
Tempo. 2014. Internasional-Ukraina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar