Pada
zaman industrialisasi saat ini, semua negara di dunia berkompetisi untuk
memproduksi barang dan jasa demi mendapatkan keuntungan yang besar. Negara
seperti AS, China, Jepang, Jerman adalah contoh negara industri yang
mengedepankan tekhnologi yang canggih. Setiap tekhnologi pasti membutuhkan
bahan bakar yaitu minyak bumi. Dan inilah yang menjadi masalah, ketika minyak
bumi sebagai unrenewable resource diperkirakan
akan habis pada 30 tahun mendatang.
dalam
politik dan kebijakan internasional memang sudah dilakukan usaha untuk
pencegahan krisis dunia dengan mengadakan protokol Kyoto. Protokol Kyoto dengan
jargon untuk mengurangi emisi GRK dunia, berarti secara langsung juga
mengurangi pemakaain energi dunia, belum mampu memberikan solusi yang bagus.
Keengganan Negara-negara maju (dalam Protokol Kyoto disebut dengan negara annex
I) menekankan laju memakaian energi, diungkapkan dalam siasat moneter berupa
perdagangan karbon yaitu Joint Implementation (JI), Emission Trading (ET), dan
Clean Development Mechanism (CDM)[1].
CDM
mewajibkan Negara berkembang untuk mencari proyek-proyek yang dapat mengurangi
emisi karbon. Pengurangan emisi tersebut kemudian akan dibeli oleh
Negara-negara maju. Dengan mekanisme seperti ini, sudah jelas terlihat bahwa
negara-negara maju masih bebas menjalankan industri-industrinya yang boros
energi. Padahal, justru di Negara-negara majulah yang mengkonsumsi energi
paling banyak.
Saat ini banyak negara di dunia yang
sudah mulai sadar dan khawatir akan krisis energi yang mengerikan ini. Sehingga
tidak ada jalan lain yang bisa ditempuh kecuali dua hal utama yaitu gerakan
penghematan energi dan program penemuan sumber energi baru. Dua program besar
inilah saat ini menjadi perhatian besar bagi beberapa Negara maju seperti
Jepang, Amerika, Jerman dan lain-lain.
sebagai
manusia yang bertanggung jawab, kita tidak serta merta menyalahkan pihak
perusahaan yang mengkonsumsi energi yang besar. Kita pun mengkonsumsi energi
seperti bensin, listrik, gas dll. Untuk menghemat energi dunia kita dapat
memulainya dari diri kita sendiri. Dari hal yang kecil seperti mengurangi
pemakaian bensin untuk kendaraan, maka kita dapat menghemat energi.
Pada
awal tahun ini, dunia digemparkan dengan terjadinya bencana tsunami di jepang.
Bukan hal aneh memang tsunami bagi jepang, yang menjadi masalah dunia adalah
bocornya PLTN Fukushima. Hal ini yang menjadi masalah besar bagi Jepang bahkan
bagi dunia. Karena radiasi nuklir sangat membahayakan bagi mahluk hidup apabila
terpapar langsung.
Negara
Jepang merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia, terutama di bidang
industri. Perkembangan ekonomi Jepang yang cukup menakjubkan terutama juga
didukung oleh sumberdaya energi. Sejak tahun 1970an, Jepang menikmati
sumberdaya energi gas bumi terutama dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas)
dari Indonesia untuk mengembangkan industri negaranya. Selain itu, Jepang juga
sudah mengembangkan nuklir sebagai pembangkit energi utama.
Terjadinya
gempa dahsyat berskala 8.9 Richter di bagian timur Jepang menimbulkan
kegemparan yang begitu dahsyat. Apalagi disertai oleh gelombang tsunami yang
meluluhlantakkan daerah pesisir Timur pulau Honshu. Gempa dahsyat tersebut
memang hanya menimbulkan sedikit kerusakan pada bangunan-bangunan di Jepang
yang sudah didesain secara khusus untuk bertahan menghadapi gempa. Namun, gempa
tersebut telah menimbulkan potensi kebocoran di Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) Fukushima.
Sekarang
ini, Jepang mengalami krisis energi terutama karena kekurangan suplai listrik
karena tidak beroperasinya sejumlah PLTN yang seharusnya mampu menghasilkan 12
GW tenaga listrik. Diperkirakan ada 4 (empat) reaktor nuklir atau sekitar 4.7
GW yang kelihatannya tidak bisa dioperasikan lagi karena injeksi air laut
yang bersifat korosif untuk mencegah pemanasan reaktor. Selain itu,
sebesar 7.7 GW tidak dapat beroperasi paling tidak selama setahun[2].
Ketakutan
akan bahaya nuklir ini tidak hanya menyebabkan ditutupnya PLTN di Jepang,
tetapi juga menimbulkan kepanikan di Amerika Serikat dan Eropa yang menutup
sebagian PLTN-nya. Jerman sudah menutup 7 pembangkit tenaga nuklir karena
ketakutan tersebut.
Dengan
tidak beroperasinya Pusat Listrik Tenaga Nuklir di Jepang, maka negara itu
sekarang harus bergantung kepada sumberdaya energi lain, seperti minyak dan gas
bumi serta batubara. Hal ini memicu peningkatan permintaan sumberdaya migas dan
batubara yang diperlukan oleh Jepang. Tak pelak lagi, harga gas bumi
terutama harga spot gas bumi di Eropa mengalami kenaikan tajam karena
permintaan sumberdaya gas dari Jepang.
Kenaikan
harga gas tersebut sebelumnya juga pernah terjadi di tahun 2007/2008 di mana
Jepang meningkatkan impor LNG, sehingga harga gas mencapai $20/mmbtu.
Kemungkinan besar, permintaan Jepang akan gas bumi akan terus meningkat selama
1-2 tahun mendatang dan akan memicu kenaikan harga gas dunia. Bahkan pihak
Jepang pun sudah melakukan pendekatan kepada negara-negara produsen gas untuk
membantu suplai gas ke Jepang. Indonesia pun sudah diminta oleh Jepang untuk
meningkatkan suplai gas LNG untuk mengatasi krisis energi di Jepang. Kilang LNG
Bontang di Kalimantan sudah mengindikasikan akan menawarkan 20 kargo LNG gas
untuk membantu krisis energi Jepang[3].
Permintaan
energi yang besar dari Jepang untuk menutupi kekurangan energi nuklirnya,
tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi harga gas dunia. Ditambah lagi dengan
krisis yang muncul di Libia akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi dunia
dengan menurunnya produksi migas dari Libia, dan akan berpotensi meningkatkan
harga minyak dan gas bumi karena Libia merupakan salah satu negara produsen migas
yang cukup besar. Padahal harga minyak dunia sekarang sedang merangkak naik dan
menembus batas psikologis $100/barel. Karena pengaruh krisis energi Jepang,
konflik sekutu di Libia akan memicu lagi kenaikan harga minyak dengan potensi
harga minyak sebear $150-200/barel dalam waktu beberapa bulan mendatang[4].
Menurut penulis, krisis energi dapat
dikategorikan sebagai ancaman bagi manusia dan ancaman bagi negara. Ketika
energi seperti minyak bumi habis, maka akan terjadi penjajahan kontemporer
terhadap negara yang memiliki cadangan minyak yang besar. Semisal, sebuah
negara menyerang negara lain atas nama memberantas terorisme dunia tetapi
dibalik penyerangan tersebut terdapat niat untuk mengeruk minyak bumi(AS-Iraq).
Terdapat energi alternatif yang
dapat menggantikan energi yang tak bisa diperbaharui yaitu:
Nano Tekhnologi
Taknologi nano merupakan salah satu
terobosan penting dunia yang pada hakikatnya adalah eksplorasi dunia bawah
selevel nano. Semboyan ini pertama kali tercetus oleh seorang ilmuwan bernama
Richard Feynman yang terkenal dengan kata-katanya, "there is plenty
room at the bottom".
Pengembangan teknologi nano selain
bertujuan untuk mensukseskan penghematan besar-besaran juga untuk usaha
penemuan energi baru yang belum terpikirkan manusia sebelumnya. Teknologi nano
salah satunya dapat mudah dipahami dengan istilah miniaturisasi teknologi.
Kaitannya dengan hemat energi, teknologi ini sudah dengan mudah bisa menjawab
bahwa dengan semakin kecil sebuah bahan dibuat semakin kecil pula konsumsi energi
yang diperlukan.
Pengambangan teknologi nano kini
telah diterapkan ke berbagai teknologi yang sudah tersedia, seperti teknologi
IC (integrated circuit), semikonduktor, mesin-mesin atau bahkan industri
berat dan otomotif. Salah satu keberhasilan teknologi nano dapat dirasakan pada
miniaturiasi televisi. Pada awal munculnya TV masih berupa tabung yang sangat
besar, kemudian sterlah ditemukan teknologi CRT (cathode ray tube)
dimensinya berubah drastis menjadi cukup kecil, setelah itu ketika teknologi
layar plasma mulai ditemukan, tabung televisi yang biasanya berada di bagian
belakang TV bisa direduksi dan ukurannya pun kian kecil dan ramping[5].
Akhir-akhir ini teknologi layar
organik juga telah berhasil ditemukan walaupun belum diproduksi secara massal
tetapi layar TV yang tebalnya kurang lebih setebal plastik telah berhasil
ditemukan dan siap dinikmati beberapa waktu ke depan. Terobosan luar biasa ini
diprediksikan akan menjadi salah satu solusi permasalahan krisis energi dunia.
Penelitian-penelitian di bidang nano memang masih terpusat di beberapa
negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, Jerman, Spanyol, dan juga Turki.
Tekhnologi Nuklir
Nuklir merupakan
istilah yang berhubungan
dengan inti atom
yang tersusun atas
dua buah partikel fundamental,
yaitu proton dan
neutron. Di dalam
inti atom terdapat
tiga buah interaksi fundamental
yang berperan penting,
yaitu gaya nuklir
kuat dan gaya elektromagnetik serta pada
jangka waktu yang panjang
terdapat gaya nuklir lemah.
Gaya nuklir kuat merupakan interaksi antara partikel
quark dan gluon
yang dibahas dalam teori quantum
chromodynamics (QCD) sedangkan gaya
nuklir lemah adalah
interaksi yang terjadi dalam
skala inti atom
seperti peluruhan beta
yang dibahas dalam
elecroweak theory.2
Energi nuklir
dihasilkan di dalam
inti atom melalui
dua buah jenis
reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi dan reaksi fisi. Reaksi
fusi adalah suatu reaksi yang
menggabungkan beberapa partikel
atomik menjadi sebuah
partikel atomik yang
lebih berat. Reaksi
fusi dapat menghasilkan energi
yang sangat besar
seperti yang terjadi
pada bintang. Salah
satu reaksi contoh reaksi fusi adalah
penggabungan partikel deuterium
(D atau 2H) dan
tritium (T atau 3H)
(Gambar 1.a). Langkah
pertama, deuterium dan
tritium dipercepat dengan arah
yang saling mendekati
pada suhu termonuklir.
Penggabungan antara dua
buah partikel tersebut membentuk
helium-5 (5He) yang
tidak stabil sehingga
mengakibatkan peluruhan.
Dalam proses peluruhan
ini, sebuah neutron
dan partikel helium-4
(4He) terhambur disertai dengan
energi yang sangat
besar, yaitu 14,1
MeV untuk penghamburan neutron
dan 3,5 MeV
untuk penghamburan helium-4.
Sampai saat ini, reaksi
fusi belum dapat
dirancang oleh manusia
karena membutuhkan suhu
yang sangat tinggi. Hal ini menyebabkan pemanfaatan reaksi fusi sebagai
sumber energi listrik belum dapat direalisasikan[6].
[1] http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1564-global-warming-dan-krisis-energi.
diakses pada tanggal 17-5-11
[2] http://berita.liputan6.com/luarnegeri/201103/324845/pascagempa_jepang_hadapi_krisis_energi
diakses pada tanggal 15-5-11
[3] http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4365-ketika-jepang-berusaha-bangkit-dari-krisis-energi.
diakses pada tanggal 15-5-11
[4] http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1564-global-warming-dan-krisis-energi.
diakses pada tanggal 17-5-11
[5] http://www.ppijepang.org diakses
pada tanggal 15-5-11
[6] http://www.ppijepang.org/solusi
krisis dunia. diakses pada tanggal 15-5-11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar