Selasa, 10 Februari 2015

Review Book The Futute of Power by Joseph S. Nye, Jr.

Pada dasarnya tulisan Joseph S. Nye dalam buku The Future Power tidak mudah untuk dikategorikan, aliran pemikiran beliau berada pada hamparan luas antara "realisme" dan “liberalisme”. Nye bahkan menyebut dirinya sebagai seorang "realis liberal". Dalam bukunya The Future of Power (2011), beliau berpindah dari konsep "soft power" yang beliau ciptakan dalam bukunya Bound to Lead (1990): the Changing Nature of American Power, menjadi "smart power". Soft power hadir dalam bentuk pengaruh dan persuasi yang dimasukkan ke dalam konsep "smart power". Hal ini menggabungkan baik keterampilan keras maupun lunak melalui strategi konversi daya yang bergantung pada konteks kepemimpinan dan target itu sendiri.
Dewasa ini, bagaimana kita dapat menganalisis masa depan kekuasaan?
Nye terkenal dengan frase "soft power”, yakni aplikasi kebijakan luar negeri dari kepercayaan masyarakat terdahulu mengenai cara untuk memenangkan lebih banyak lalat dengan madu dibandingkan dengan cuka. Sekarang, dalam buku barunya, beliau hadir dengan sebuah slogan yang diperbarui, yaitu “smart power”. Kombinasi dari hard power dan soft power dapat terlihat dari proses persuasi dan daya tarik. “Wortel dan tongkat”, seperti yang dikatakan oleh Machiavelli adalah merupakan suatu kehormatan terbaik untuk dicintai dan ditakuti di saat yang bersamaan.
Menurut Nye, terdapat dua perubahan kekuatan besar di abad ke-21. Salah satunya adalah transisi kekuasaan dari Barat ke Timur (posisi China meningkat sebagai tantangan terhadap hegemoni Amerika Serikat), dan yang lainnya adalah difusi kekuasaan dari negara ke aktor non-negara (ancaman terorisme dan perang-cyber). Amerika Serikat akan tetap menjadi kekuatan terbesar, tetapi juga akan berada dalam dunia yang jauh lebih ramai dan kompleks.
Pada bab tiga, Nye meneliti bagaimana era informasi global memaksa perubahan pada kekuatan tradisional yang telah usang. Analisisnya tentang kekuatan ekonomi terbagi dalam dua kerangka tema: transisi kekuasaan dan interdepensi ekonomi antar negara-negara. Sebagai ilustrasi, Nye menyoroti China dan peran ekonomi Uni Eropa dalam urusan dunia. Beliau berpendapat bahwa "difusi kekuatan untuk aktor non- negara menetapkan batas pada strategi negara untuk menggunakan instrumen ekonomi". Dengan demikian, beliau dapat dikatakan skeptis mengenai kekuatan ekonomi dalam struktur internasional saat ini.
Negara tidak lagi menjadi satu-satunya aktor penting dalam urusan global; keamanan bukan satu-satunya hasil utama yang mereka cari, dan kekuatan bukanlah satu-satunya atau selalu merupakan instrumen terbaik yang tersedia untuk mencapai hasil tersebut, menurut Nye, tetapi beliau tidak selalu mendukung penggunaan kekuatan dalam pencapaian tujuan. Sebelumnya, "soft power" Nye dianggap liberal, dan banyak dikritik oleh para realis. Mereka yang mengklaim bahwa semua negara yang didorong oleh kepentingan untuk memperoleh hegemoni melalui perilaku pemaksimalan kekuasaan (power optimalization). Untuk sebagian besar, hal ini tidak berubah: bukan hanya mengenai dominasi militer (tentara), tetapi juga yang kemenangan sejarah.
Pada bab empat, "soft power" Nye merespon menganai penyalahgunaan konsep soft power yang menyatakan bahwa hal itu merupakan deskripsi atas konsep normatif. Setelah membahas tentang sumber soft power dalam konteks budaya, nilai-nilai politik, dan kebijakan luar negeri, beliau mengkategorikan perilaku soft power sebagai setting-agenda, dalam teori ketertarikan, persuasi, saling ketergantungan ekonomi, komunikasi, lembaga-lembaga internasional dan aktor transnasional.
Prinsip yang mendasari kekuatan ekonomi adalah "untuk membuat orang lain lebih tergantung pada Anda daripada Anda kepada mereka", terutama melalui sanksi dan penataan pasar. Contoh terbaik adalah pada analisis kebijakan ekonomi China. Smart power merupakan bagian dari paradigma baru Nye dalam kemajuan realisme liberal. Sebuah strategi realisme liberal didasarkan pada kebutuhan untuk memberikan keamanan bagi Amerika Serikat dan sekutunya, tetapi juga mengakui pentingnya ekonomi yang kuat, multilateralisme, dan nilai-nilai. Amerika Serikat kemudian mendapatkan peranan penting dalam mendorong terciptanya "demokrasi liberal dan HAM di dalam dan di luar negeri." Pada situasi ini, bagaimanapun, kasus tertentu tidak harus menunggu persetujuan dari nilai-nilai Amerika yang kuat, karena Nye tidak sepenuhnya mendukung pada kebijakan dan hegemoni Amerika.
Smart power bukan merupakan hal yang baru; Nye hanya memberi nama pada kongruensi kebijakan. Smart power secara luas digunakan oleh Amerika Serikat pada masa setelah Perang Dunia II dengan alasan untuk membangun "keamanan internasional dan arsitektur ekonomi-politik yang mendasari keamanan dan kemakmuran serta menguntungkan sebagian besar dunia. Kemudian, beliau mengingat bahwa kenaikan kekuatan umumnya menerapkan "strategi smart power untuk keberhasilan".

Dalam konteks yang lebih modern, Nye memuji adopsi model Administrasi Obama yang merupakan contoh langsung dari smart power. Beliau mengutip fakta bahwa soft power telah diintegrasikan ke dalam doktrin kontra dalam upaya untuk memenangkan "hati dan pikiran" dari Afghanistan dan warga sipil Irak. Dia bahkan membahas mengenai bagaimana proses pemilihan Presiden Barack Obama dapat meningkatkan citra global Amerika Serikat. Presiden Obama mengeluarkan modal yang besar untuk mencoba menjangkau dunia Muslim, tetapi di Timur Tengah, Amerika Serikat tetap tidak populer. Nye mengajarkan pentingnya sebuah narasi menarik, tetapi beliau gagal untuk bersikap hati-hati terhadap kebijakan luar negeri reduksionis. Dalam hal penjangkauan ke Timur Tengah, upaya Presiden Obama kemungkinan besar tertahan bukan karena warisan perang, tetapi lebih dikarenakan oleh kebijakan Amerika Serikat terhadap Palestina. Hal ini merupakan contoh dari bagaimana kekuasaan dapat melemahkan dirinya sendiri. Nye seperti merasa mendapatkan panggilan untuk, menyebarkan kecerdasan kontekstual, untuk membedakan antara hard power, soft power, dan smart power yang berinteraksi dalam situasi yang berbeda. Hanya pemahaman holistik mengenai Dunia Islam yang akan mampu mengklarifikasi isu-isu yang tampaknya tidak saling berhubungan secara utuh yang akan menghalangi propaganda kekuasaan Presiden Obama di Timur Tengah.
Sebagai kesimpulan, Nye merupakan seorang ahli teori terkemuka dalam ruang lingkup kekuasaan dunia saat ini, dan buku ini adalah sintesis dari ide-ide besarnya serta dapat dijadikan panduan penting mengenai perdebatan penurunan hegemoni Amerika Serikat dan kebangkitan China. Nye menunjukkan bahwa kemampuan ekonomi dan militer masih merupakan masalah utama, tetapi pada era modern premis yang lebih besar mengacu pada sektor informasi, komunikasi, dan otoritas kekuasaan. Nye berpendapat, kekuasaan harus dipahami dalam istilah relasional, dibedakan ke dalam berbagai dimensinya, dan dilihat dalam konteks geografis dan historis tertentu. Hal ini membuatnya skeptis terhadap penurunan hegemoni yang diantisipasi dari Amerika Serikat. Memang benar bahwa China sedang berkembang sangat pesat, namun pengamat sering mengabaikan sektor militer dan soft-power yang menjadi faktor keuntungan yang bertahan lama bagi Amerika Serikat. Dalam pandangan Nye, difusi kekuasaan mungkin merupakan akibat dari transisi kekuasaan antara negara-negara besar. Jadi, kekuasaan dan masyarakat internasional yang semakin terbuka dapat memberikan keuntungan kekuatan baru tiap negara yang hebat dalam melihat dan memanfaatkan kesempatan pada abad kedua puluh satu.
Pengertian kekuatan
Meskipun konsep dari power (kekuatan) banyak dipakai, namun sangat susah untuk diukur. Apabila melihat dari kamus, maka pengertian dari kekuatan adalah kapasitas untuk berbuat dan mempengaruhi yang lainnya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kita lebih tertarik kepada kemampuan untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Konsep kebijakan tentang kekuatan ini bergantung pada konteks yang akan memberi tahu kepada kita siapa, dimana dan juga kapan yang akan mendapatkan tujuan yang diinginkan.
Pembuat kebijakan mendefinisikan kekuatan dalam arti kepemilikan sumber daya yang dapat menghasilkan keluaran sesuai yang diinginkan. Dengan definisi ini, terkadang ada suatu paradoks bahwa meskipun memiliki kekuatan terbaik, tidak selalu mendapatkan hasil yang sesuai diinginkan. Kekuatan ini dapat terlihat secara langsung ataupun tersembunyi. Mengubah sumber daya menjadi suatu kekuatan dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan membutuhkan strategi yang dirancang baik dan juga kepemimpinan yang baik. Ini adalah definisi dari kekuatan yang pintar.
Dalam pandangan kaum realis pada hubungan internasional, perang adalah permainan tertinggi yang dimainkan dalam dunia politik. Namun lebih dari seabad, sumber kekuatan dari perang seringkali berubah seiring dengan adanya perubahan teknologi. Pada abad ke-21, perang tidak lagi menjadi penentu, sehingga banyak peneliti menolak perlunya pandangan dari kekuatan elemen nasional. Kita harus memperhatikan lebih lagi pada konteks kekuatan untuk menghasilkan tujuan, bukan hanya yang kita miliki.
Aspek dalam kekuatan interaksi
Dengan melihat adanya perbedaan antara kekuatan yang bearsal dari sumber daya dan interaksi, maka bisa dilihat 3 aspek yang berbeda dari kekuatan berinteraksi yaitu memimpin perubahan, mengatur agenda, dan membangun preferensi.
Kemampuan untuk mengatur pihak lain untuk merubah tingkah laku meskipun berlainan dengan kepentingan mereka adalah salah satu dari kekuatan interaksi. Kekuatan interaksi lainnya terlihat pada kemampuan mempengaruhi pilihan pihak lain sehingga mau untuk melaksanakan sesuai yang diinginkan tanpa perlu diatur. Kedua jenis kekuatan interaksi ini berlawanan , dan juga melengkapi kekuatan untuk memerintah.
Aspek pertama yaitu kekuatan yang berfokus pada kemampuan untuk membuat pihak lain melakukan tindakan yang berlainan dengan strategi dan pilihan awalnya. Untuk mengukur kekuatannya, maka harus diketahui bagaimana kuatnya pihak lain memegang pilihannya dan seberapa banyak mereka dapat berubah karena usaha kita.
Aspek kedua yaitu memberikan batasan dan mengatur agenda untuk bertindak sehingga pihak lain melihat kepentingannya tidak sejalan dengan agenda yang dibuat.  Sangat mungkin untuk mengatur pilihan pihak lain dengan mempengaruhi pemahaman mereka tentang apa yang perlu dilakukan. Sebagai contohnya, negara besar dapat mengatur bagaimana negara lain bertindak dengan peraturan yang dibuatnya.
Aspek yang ketiga adalah kekuatan dari ide dan kepercayaan yang akan membentuk pilihan awal pihak lain. Jika pihak lain menentukan pilihan yang sama, maka tidak perlu lagi mempengaruhi mereka untuk merubah pilihannya. Aspek kedua dan ketiga terletak pada tubuh suatu struktur atau organisasi. Sebagai contoh adalah kekuatan ekonomi yang juga merupakan struktur sistem.
Ada perbedaan dari ketiga jenis kekuatan interaksi tersebut. Jika kita tidak mengindahkan perbedaan untuk menghasilkan sebuah tingkah laku, maka kita mempersempit strategi yang dapat dibuat pemangku kebijakan. Aspek pertama yaitu kekuatan untuk memerintah mudah terlihat. Sedangkan kekuatan interaksi pada aspek kedua dan ketiga, hampir tidak terlihat.
Pada politik dunia, beberapa tujuan dari negara mudah untuk dipengaruhi dengan aspek kedua dan ketiga. Negara – negara ini menginginkan mendapatkan barang dan hasil yang terlihat dengan pergaulan interaksi yang baik. Pergaulan interaksi ini terbentuk dengan adanya jaringan antarnegara yang merupakan kekuatan struktur di abad 21. Jaringan ini menjadi penting dalam masa informasi ini, sehingga posisi dalam suatu jaringan sosial dapat menjadi sumber daya kekuatan.
Aspek relevan bagi kekuatan dari jaringan ini adalah ikatannya. Meskipun negara memiliki ikatan yang lemah namun dapat berguna untuk nmendapatkan dan menyebarkan informasi yang berguna. Kemampuan untuk membuat jaringan kepercayaan sehingga suatu kelompok dapat bekerjasama mencapai tujuan bersama disebut kekuatan integratif. Sehingga terlihat bahwa, kecerdasan sosial dan empati sangat penting untuk mendapatkan dan menggunakan kekuatan daripada dengan militerisasi, penipuan ataupun teror.
Negara dapat mengembangkan kekuatan dunia ini dengan bekerjasama satu sama lainnya bukan saling berkonflik. Ini adalah poin penting dalam menilai kekuatan dari suatu negara pada sistem internasional saat ini. Pemangku kebijakan harus mengingat bahwa membuat batasan pilihan dan mengatur agenda dari lingkungan sebelum menggunakan aspek pertama yaitu kekuatan untuk memerintah.
Kaum realis dan spektrum dari tingkah laku kekuatan
Penganut realis menyatakan bahwa dalam kondisi anarki dimana tidak ada pemerintahan yang lebih tinggi dari pemerintahan negara, maka negara harus menolong dirinya sendiri dan menjaga kemanan dirinya dengan menggunakan militer. Namun kini negara tidak lagi menempatkan keamanan sebagai tujuan yang paling utama, dan penggunaan kekuatan militer bukan cara terbaik untuk mencapainya. Adanya kesamaan demokrasi, kebebasan budaya, juga adanya ikatan yang dalam pada hubungan antarnegara menyatakan bahwa anarki sangat berbeda dengan anggapan dari kaum realis.
Di masa teknologi informasi ini, strategi komunikasi menjadi sangat penting, karena tujuan dapat diraih bukan pihak militer mana yang memenangkan tujuan namun siapa yang memiliki cerita terbaik yang dapat memenangkan tujuan. Sehingga, dalam strategi yang cerdik harus mengandung komponen informasi dan komunikasi.
Tingkah laku dan sumber daya dari soft power.
Soft power adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dengan cara kerjasama dalam membuat agenda, mengarahkan dan memperoleh daya tarik positif untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pembuatan agenda, daya tarik positif, dan bujuk rayu adalah bagian dari spektrum tingkah laku dari soft power.
Sumber daya yang diasosiasikan untuk hard power bisa juga digunakan oleh soft power, tergantung dari konteks dan bagaimana cara penggunaannya. Kekuatan untuk memerintah dapat menghasilkan sumber daya yang nantinya akan menjadi soft power di tahap berikutnya. Hal yang sama terjadi dengan tingkah laku kerjasama dapat menghasilkan sumber daya dalam bentuk aliansi militer atau bantuan ekonomi. Sumber daya hard power yang terlihat seperti unit militer dapat menghasilkan kekuasaan dan kerjasama.
Kepemilikan dari sumber kekuatan dapat menghasilkan tingkah laku yang diminati sesuai dengan konteks dan keahlian dari pemangku kebijakan dalam mengubah sumber daya menjadi perilaku yang diinginkan.
Soft power dan smart power
Smart power adalah kemampuan untuk mengkombinasikan sumber daya hard dan soft power menjadi strategi yang efektif. Smart power bisa digunakan oleh setiap negara. Seperti China sedang giat unutk menginvestasikan pengembangan soft power agar terlihat pengembangan militernya tidak menjadi ancaman bagi negara tetangganya, ini adalah strategi yang cerdik.
Smart power merupakan inti dari masalah perubahan kekuatan. Langkah pertama dari smart power dan perubahan kekuatan yang efektif adalah pemahaman yang penuh dari sumber kekuatan dan mengenali masalah dalam menggabungkan keduanya pada berbagai konteks yang berbeda.
Kekuatan Militer
Banyak orang berpikir tentang  kekuatan militer sebagai hard power untuk bertempur, seperti tentara, tank, pesawat, kapal dan lainnya. Namun, kekuatan militer sejak lama digunakan untuk melindungi sekutunya dan menolong rekan-rekannya. Tingkah laku dalam melindungi sekutunya ini dapat menyebabkan soft power. Pada abad ini terjadi peningkatan konflik dan perubahan teknologi yang meningkatkan kerentanan, kelompok kecil ataupun aktor bukan negara dapat memiliki kekuatan penghancur. Dan sekarang teknologi telah membawa suatu pertempuran baru yaitu serangan cyber.
Pertempuran dan perang
Peperangan telah berlangsung sepanjang sejarah umat manusia. Dimulai dari sifat manusia yang serakah ingin mendominasi yang lain, juga adanya penyebaran ideologi dan juga nasionalisme. Penting diingat bahwa hard power yang berasal dari sumber militer terkadang didampingi oleh soft power juga.
Teknologi yang baru dapat menaikkan derajat kelompok kecil untuk menang melawan grup yang lebih besar sampai teknologi itu tersebar. Rahasia kesuksesan mereka terletak pada kemampuan untuk membagi populasi lokal dan bekerjasama dengan beberapa kelompok lokal.
Untuk memahami kekuatan militer, kita harus sadar bahwa penjelasan dari kemenangan militer tidak hanya terletak pada kekuatan senjata atau besar tentaranya. Pada masa kini, militer juga memiliki doktrin yang menunjukkan pentingnya memenangkan hati dan pikiran dari masyarakat.
Untuk mengamankan negaranya sendiri, negara mengembangkan kekuatan militernya dan membentuk aliansi untuk menyeimbangkan kekuatan dengan yang lain.Namun bagi negara postindustri dengan demokrasi yang tinggi, perang bukan lagi metode utama dalam interaksinya. Bagi negara industri baru seperti China dan India serta negara lain, perang masih menjadi alat potensi dalam interaksi mereka.
Apakah penggunaan kekuatan militer menghilang sesuai waktu?
Penggunaan militer mulai menurun sejak abad 21, karena faktor tabu dan aspek balas dendam. Bagaimanapun, penggunaan senjata penghancur massal seperti nuklir masih dianggap penting karena memiliki efek deterence. Alasan lain penggunaan kekuatan militer menjadi lebih mahal yaitu saat penggunaannya untuk menguasai daerah diluar teritorialnya. Juga tumbuhnya sikap anti militerisme dari internal negara, khususnya demokrasi. Dan yang terakhir adalah banyaknya masalah yang tidak bisa diatasi oleh kekuatan militer saja.
Meskipun militer masih merupakan instrumen penting dalam dunia politik, namun masih ada instrumen lainnya seperti ketergantungan ekonomi, komunikasi, organisasi internasional, dan aktor transnasional. Penggunaan militer saat ini sangat kompleks dan membutuhkan biaya yang besar.

Perubahan generasi perang
Peperangan generasi pertama menggunakan taktik baris-berbaris seperti pada revolusi Perancis. Generasi kedua mengandalkan kekuatan tembakan artileri pada perang dunia ke-1. Generasi ketiga muncul dari taktik perang kilat Jerman. Adanya ide baru dan perkembangan teknologi mendorong perubahan generasi ini. Kemudian generasi keempat masa kini, berfokus kepada keinginan politik dan kelompok masyarakat untuk bertempur, sehingga mengaburkan batas antara kekuatan militer dan kekuatan lainnya.
Perang yang masih banyak terjadi adalah perang antar aktor bukan negara. Kelompok-kelompok ini seperti gerilyawan, teroris, milisi dan juga organisasi kriminal. Beberapa kelompok melihat konlik ini merupakan kepanjangan dari politik yang akan melanggengkan kekuasaan mereka atas suatu wilayah. Sangat jarang konflik ini menggunakan metode konvensional seperti jaman dahulu, sehingga peperangan menjadi campuran antara berbagai macam taktik, senjata, teror dan juga tindakan kejahatan. Beberapa ahli menyebut peperangan ini sebagai peperangan asimetris. Contohnya China yang menganggap menentang secara langsung Amerika adalah tindakan yang bodoh, sehingga mereka mengembangkan strategi peperangan yang mengkombinasikan cyber, diplomatik, jaringan teroris, ekonomi, teknologi, dan propaganda untuk melemahkan sistem Amerika.
Teknologi memiliki peranan yang penting pada kekuatan militer. Teknologi memajukan kekuatan militer pada negara berkembang, namun teknologi yang lama rentan terhadap teknologi yang berasal dari negara maju. Namun, apabila terlalu berfokus kepada teknologi maka dapat mengalami kegagalan dalam memberikan pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kemampuan tempur dari prajurit.
Salah satu taktik militer yang menggunakan soft power adalah taktik melawan gerilyawan. Disini soft power diintegrasikan dengan strategi militer. Hard power digunakan untuk membersihkan wilayah dari gerilyawan, dan soft power digunakan dalam membangun jalan, klinik dan sekolah. Namun taktik seperti ini tidak selalu berhasil, karena terdapat faktor seperti korban jiwa, budaya, korupsi yang membuat taktik memenangkan hati dan pikiran masyarakat menjadi susah untuk dicapai. Selain gerilyawan, masih ada hal lain yang berpotensi ancaman terhadap keamanan nasional, seperti pembajakan di laut, penghapusan nuklir, kejahatan internasional, terorisme dan juga bencana alam.
Bagaimana kekuatan militer dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
Kekuatan militer dapat dilihat dari besarnya anggaran, jumlah anggota, infrastruktur, lembaga dan industri pertahanan. Juga dilihat dari strategi, doktrin, latihan, organisasi dan inovasinya. Dan perlunya dilihat dimensi angkatan darat, laut, dan udara. Penggunaan kekuatan militer adalah sangat penting, namun adanya strategi yang mengkombinasikan sumber yang dimiliki adalah kunci dari kekuatan militer yang cerdas. Apabila melihat dari ketiga jenis aspek kekuatan yang ada, kekuatan militer sering digunakan untuk memaksa pihak lain merubah tujuan mereka.
Kekuatan militer juga mempengaruhi pembuatan agenda yang merupakan aspek kedua dari kekuatan. Contohnya adalah negara Mexico menginginkan merebut kembali wilayah yang diambil oleh Amerika pada saat abad 19, namun tidak mungkin menggunakan kekuatan militer untuk merebutnya kembali. Kekuatan militer juga membentuk pilihan yang merupakan aspek ketiga dari kekuatan. Sebagai contoh, Hitler dan Stalin dapat membuat perasaan tidak tertandingi dengan kekuatan militernya.
Kekuatan militer dapat terbagi menjadi empat kategori yang merupakan penggunaannya saat ini. Pertama, yaitu untuk berperang dengan menggunakan kompetensinya dan legitimasi. Kedua, diplomasi ancaman yang bergantung pada kredibilitas dan biaya yang harus ditanggung akibat adanya ancaman. Ketiga, pemberian perlindungan kepada negara aliansi. Dan keempat, pemberian bantuan berupa latihan bersama atau bantuan kemanusiaan. Yang terpenting bahwa soft power yang muncul dari kedermawanan, kompetensi, legitimasi dan kepercayaan dapat meningkatkan derajat dari penggunaan hard power pada militer. Strategi yang dapat menggunakan keduanya dengan sukses dapat disebut strategi militer yang cerdas.
Di masa depan, kekuatan militer dalam dunia politik menjadi salah satu faktor untuk dapat membentuk agenda, yaitu aspek kedua adri kekuatan. Kekuatan militer akan tetap penting karena membantu negara masuk dalam sistem internasional.
Penyebaran dan Kekuatan Cyber
Ada dua jenis pergeseran kekuasaan yang terjadi di abad ini yaitu transisi kekuasaan dan difusi kekuasaan. Transisi kekuasaan dari satu negara dominan yang lain adalah peristiwa historis akrab, tapi difusi daya merupakan proses yang lebih baru. Saat ini masalah bagi semua negara di era informasi global adalah bahwa lebih banyak hal-hal yang terjadi di luar kendali bahkan negara yang paling kuat. Menurut seorang mantan direktur departemen negara perencanaan kebijakan, "kebanyakan penyebab proliferasi informasi adalah nonpolarity seperti poliferasi persenjataan." atau seperti salah satu analis Inggris mengatakan, "kita akan menghadapi lebih banyak risiko, ancaman dan tantangan yang mempengaruhi orang-orang di suatu negara atau sepenuhnya di negara-negara lain seperti krisis finacial, kejahatan terorganisir, migrasi massal, pemanasan global, pandemik dan terorisme internasional, salah satu alasan kesulitan utama adalah bahwa kekuasaan telah menyebar baik secara vertikal dan horizontal.
               Beberapa pengamat menyambut tren ini menandai sebagai penurunan dari negara berdaulat yang telah menjadi institusi global yang dominan sejak Perdamaian Westphalia pada 1648. Mereka memprediksi bahwa revolusi informasi akan meratakan hirarki birokrasi dan menggantinya dengan organisasi jaringan, fungsi yang lebih pemerintah akan ditangani oleh pasar swasta maupun oleh badan nirlaba. Komunitas jaringan akan mengembangkan  pola dimana orang akan melakukan segala kegiatan dari dunia maya, sehingga pola masyarat yang baru ini akan menjadi analog modern dan lebih beradab ke dunia feudal sebelum munculnya negara modern. Pola baru masyarakat lintas sektor dan pemerintahan akan menjadi analog modern dan lebih beradab ke dunia feodal yang ada sebelum munculnya negara modern
Revolution Informasi
               Revolusi informasi saat ini, kadang-kadang disebut "Revolusi industri Ketiga", didasarkan pada kemajuan teknologi yang cepat dalam komputer, komunikasi, dan perangkat lunak yang pada gilirannya telah menyebabkan penurunan dramatis dalam biaya pembuatan, pengolahan dan transmisi, dan mencari informasi. Karakteristik kunci dari revolusi informasi ini tidak kecepatan komunikasi antara kaya dan berkuasa : selama lebih dari 130 tahun, komunikasi instan melalui telegraf telah dimungkinkan betweem Eropa dan Amerika Utara. Perubahan penting adalah pengurangan besar dalam biaya transmisi informasi.
               Karena biaya komputasi dan komunikasi turun, hambatan masuk penurunan. Kedua individu dan organisasi swasta, mulai dari perusahaan untuk LSM untuk teroris, diberdayakan bermain peran langsung dalam politik dunia. Penyebaran informasi berarti bahwa kekuasaan akan lebih banyak mendistribusikan dan jaringan informal akan melemahkan monopoli birokrasi tradisional. Kecepatan waktu internet berarti semua pemerintah memiliki lebih sedikit kontrol agenda mereka . Para pemimpin politik akan menikmati derajat lebih sedikit kebebasan sebelum mereka harus menanggapi peristiwa, dan kemudian mereka akan harus berbagi panggung dengan aktor - lebih.
Pemerintah dan Aktor Transnational
                    Masalah sebenarnya terkait dengan difusi kekuasaan bukanlah keberadaan lanjutan dari negara, tapi bagaimana fungsi. Badan usaha milik negara hidup berdampingan dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang meludah ratusan batas. IBM, misalnya, dua-pertiga dari total pendapatan dari luar negeri, dan hanya seperempat dari yang 400.000 orang tenaga kerja terletak di Amerika Serikat.
               Biaya menciptakan organisasi transnasional atau jaringan telah menjadi sepele. Banyak dari aktor transnasional baru mengaku bertindak sebagai "nurani global" yang mewakili kepentingan publik luas di luar wilayah negara masing-masing. Meskipun mereka tidak dipilih secara demokratis, para pelaku ini kadang-kadang membantu mengembangkan norma-norma baru dengan langsung menekan pemerintah dan para pemimpin bisnis untuk mengubah kebijakan dan dengan secara tidak langsung mengubah persepsi publik legitimasi dan apa pemerintah dan perusahaan harus melakukan. Dalam hal sumber daya listrik, kelompok-kelompok ini jarang memiliki banyak hard power, tapi revolusi informasi telah sangat meningkatkan soft power mereka. Mereka dapat me-mount "penamaan dan mempermalukan " kampanye terhadap merek perusahaan atau pemerintah yang relatif mudah. Aliran transnasional terdahulu sangat dikendalikan oleh struktur besar formal terorganisir. dunia maya tidak akan menggantikan ruang geografis dan tidak akan menghapuskan kedaulatan negara, maka akan hidup berdampingan dan sangat menyulitkan apa artinya menjadi negara berdaulat atau negara kuat di abad kedua puluh satu. 
Cyberpower
               Cyber semula berdiri untuk kegiatan elektronik dan yang berkaitan dengan komputer.    "dunia maya adalah domain operasional dibingkai dengan menggunakan elektronik untuk... mengeksploitasi informasi melalui sistem yang saling berhubungan dan infra struktur yang terkait". World wide web dimulai pada tahun 1989 ( Google ) .
               ICANN ( korporasi internet untuk nama dan nomor yang ditugaskan ) diciptakan pada tahun 1998, dan pemerintah AS mulai mengembangkan rencana nasional yang serius untuk cybersecurity hanya sejak pergantian abad. Pada hari-hari awal internet itu, libertarian menyatakan bahwa " informasi ingin bebas " dan menggambarkan internet sebagai akhir dari pemerintah dan yurisdiksi geografis terus memainkan peran utama, tapi domain ini juga ditandai dengan difusi kekuasaan. 
               Cyberpower dapat didefinisikan dalam hal seperangkat sumber daya yang berhubungan dengan penciptaan, kontrol, dan komunikasi informasi - infrastruktur elektronik dan berbasis komputer, jaringan, perangkat lunak, keterampilan manusia. Tetapi juga intranet, teknologi seluler, dan ruang berbasis memperoleh hasil yang diinginkan melalui penggunaan sumber daya informasi elektronik saling berhubungan cyberdomain tersebut .
               Geografi dunia maya jauh lebih bisa berubah daripada lingkungan lainnya. Gunung dan lautan sulit untuk bergerak, tetapi bagian-bagian dari dunia maya dapat diaktifkan dan dinonaktifkan dengan clik switch . Biaya pengembangan gugus tugas multi- operator dan armada kapal selam menciptakan hambatan besar untuk masuk dan membuatnya masih mungkin untuk berbicara tentang dominasi angkatan laut Amerika.
               Hambatan untuk masuk dalam cyberdomain, namun begitu rendah sehingga pelaku nonstate dan negara-negara kecil dapat memainkan peran significatn pada tingkat rendah biaya. Berbeda dengan laut, udara, dan ruang, "saham maya mempunyai tiga karakteristik yaitu dengan perang darat, jumlah pemain, kemudahan masuk, dan kesempatan untuk penyembunyian. di darat, dominasi bukanlah kriteria mudah dicapai". Ketergantungan pada cybersystems kompleks untuk mendukung kegiatan militer dan ekonomi menciptakan kerentanan baru di negara-negara besar yang dapat expolited oleh aktor-aktor non negara.
               Konflik ekstrim di cyberdomain, atau "cyberwar", juga berbeda. Mempengaruhi dari perang terhadap perdagangan "intra-dunia maya kekuasaan" dari "extra- dunia maya daya". cyberdomain, instrumen informasi dapat digunakan untuk menghasilkan soft power di dunia maya melalui agenda - framing, daya tarik, atau persuasi . Sumber daya dunia maya juga dapat menghasilkan hard power dalam dunia maya . seperti virus dan hacktivists. 
               Informasi cyber dapat melakukan perjalanan melalui dunia maya untuk menciptakan soft power dengan menarik warga di negara lain. Sebuah kampanye diplomasi publik melalui internet seperti menjelaskan dalam pasal 4 adalah contoh. Tapi informasi maya juga bisa menjadi sumber daya hard power yang dapat melakukan kerusakan target fisik di negara lain. Dalam beberapa fasilitas seperti rumah sakit, generator cadangan dapat menyediakan ketahanan dalam kasus serangan mengganggu, tetapi pemadaman daerah luas akan lebih sulit untuk diatasi. Instrumen fisik dapat menyediakan sumber daya listrik yang dapat dibawa untuk menanggung pada dunia cyber ini. 
               Pemerintah mengontrol perilaku di internet melalui ancaman tradisional fisik mereka untuk perantara seperti penyedia layanan internet, browser, mesin pencari, dan perantara keuangan . Buat soft power, pemerintah dapat mengatur server khusus dan perangkat lunak yang dirancang untuk membantu para aktivis hak asasi manusia server dan softwere dirancang untuk membantu para aktivis hak asasi manusia menyebarkan pesan mereka meskipun upaya  instrumen fisik dapat memberikan baik sumber daya keras dan lunak daya yang dapat digunakan terhadap internet
               Daya dalam cyberdomain adalah untuk mempertimbangkan tiga wajah atau aspek kekuasaan yang dijelaskan di tiga aspek, pertama wajah kekuasaan adalah kemampuan seorang aktor untuk membuat orang lain melakukan sesuatu yang bertentangan dengan preferensi awal mereka atau strategi, kedua wajah  daya agenda-Mengatur atau agenda- framing dimana seorang aktor menghalangi pilihan lain dengan pengecualian dari strategi mereka, ketiga wajah kekuasaan melibatkan satu aktor membentuk sama lain preferensi awal sehingga beberapa strategi bahkan tidak dianggap.
Aktor dan Sumber Daya Relatif 
                    Kita dapat membagi aktor di dunia maya menjadi tiga kategori : Pemerintah, organisasi dengan jaringan yang sangat terstruktur , dan individu dan jaringan ringan terstruktur
A.    Pemerintah Utama
1. Pengembangan dan dukungan infrastruktur,  pendidikan, kekayaan intelektual .
2. Pemaksaan hukum dan fisik dari individu dan perantara berada dalam batas-batas
3. Ukuran pasar dan kontrol akses- misalnya Uni Eropa, China, Amerika Serikat
4. Sumber daya untuk serangan cyber dan cyberdefense : birokrasi, anggaran, badan intelijen 
5. Penyediaan barang publik, seperti peraturan yang diperlukan untuk perdagangan
6. Reputasi untuk legitimasi, kemurahan hati, dan kompetensi yang menghasilkan soft power.
kerentanan kunci : ketergantungan yang tinggi terhadap sistem yang kompleks dengan mudah terganggu, ketidakstabilan politik, kemungkinan kehilangan reputasi.
B.     Organisasi dan jaringan yang sangan terstruktur
1. Anggaran yang besar dan sumber daya manusia , skala ekonomi
2. Fleksibilitas transnasional
3. Kontrol kode dan pengembangan produk, pembangkitan aplikasi
4. Merek dan reputasi
kerentanan kunci : tuntutan hukum, pencurian kekayaan intelektual, sistem gangguan, kemungkinan kehilangan reputasi (nama dan malu )
C.     Individu dan jaringan ringan terstruktur
1. Murah untuk investasi masuk
2. Anonimitas virtual dan kemudahan keluar
3. Kerentanan asimetris dibandingkan dengan pemerintah dan organisasi-organisasi besar .
kerentanan kunci : legal dan ilegal paksaan oleh pemerintah dan organisasi jika tertangkap
Aktor pemerintah
Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk mensubsidi infrastruktur, pendidikan komputer, dan perlindungan hak milik intelektual yang akan mendorong (mencegah) pengembangan kemampuan dalam perbatasan mereka . Geografi juga berfungsi sebagai dasar bagi pemerintah untuk melakukan pemaksaan hukum dan kontrol , Pemerintah juga memiliki kapasitas untuk melaksanakan ofensif serangan cyber.
 
Peralihan Power (Power Transition)
Power merupakan elemen penting bagi sebuah negara. kuat atau lemahnya suatu negara ditentukan seberapa besar power yang ia miliki. Power disini diasosiasikan dengan power militer, power ekonomi, power politik dan lain-lain. Semakin besar power yang dimiliki, maka akan menciptakan situasi hegemoni, ketika sebuah negara bebas melakukan apa saja terhadap negara lain. Contoh kasus, pada zaman yunani kuno, ketika terjadi perang Peloponesian, peningkatan kekuatan Athena dan ketakutan yang dibuat oleh Sparta. Sama halnya pada Perang Dunia I, ketika peningkatan power Jerman dan ketakutan yang dibuat oleh Inggris. Pada saat ini, momen itu terjadi lagi ketika muncul kekuatan baru, China yang berusaha mengimbangi Amerika Serikat.
Amerika muncul sebagai negara hegemoni pasca Perang Dunia II. Akan tetapi, hegemoni Amerika diimbangi dengan hegemoni Uni Soviet kala itu. Kedua negara saling berhadapan dalam berbagai persaingan seperti tekhnologi angkasa, nuklir, ekonomi, politik, PBB. Namun kedua negara tidak pernah berhadapan secara langsung di medan perang. Hanya terjadi proxy war seperti di Korea, Vietnam, dan Jerman.
Fase penurunan sebuah kekuatan hegemoni telah terbukti sejak zaman yunani kuno dan apakah fase itu akan terjadi sekarang, ketika Amerika Serikat mengalami beberapa kemunduran atau memang terjadi peningkatan signifikan yang dilakukan oleh beberapa negara seperti China. Data membuktikan bahwa pada awal abad ke 21, Amerika tetap menjadi negara hegemoni dengan hanya populasi 5% dari seluruh penduduk dunia, akan tetapi menguasai seperempat lebih produk dunia, pengeluaran militer yang lebih dari setengah pengeluaran militer di seluruh dunia, dan sebagai negara yang paling kuat dalam bidang budaya dan pendidikan. Namun yang perlu digaris bawahi adalah apakah power itu tergantung apa yang dikeluarkan oleh sebuah negara atau power itu apa yang ada di dalam sebuah negara. oleh karena itu, power sangat relative.
Uni Eropa muncul sebagai kekuatan nyata yang mampu menandingi Amerika Serikat dari segi power. Pendapatan ekonomi per kapita Amerika memang lebih besar dari Eropa dikarenakan pendatang yang masuk ke Eropa kebanyak orang miskin, akan tetapi secara keseluruhan, total ekonomi Uni Eropa lebih besar ketimbang total ekonomi Amerika. Selain itu, dari segi tekhnologi, SDM, dan kegiatan perdagangan eksport, Uni Eropa unggul dari Amerika. Dari segi militer, Eropa hanya mengeluarkan setengah apa yang dikeluarkan oleh Amerika dalam bidang pertahanan, akan tetapi memiliki jumlah prajurit lebih banyak dan Uni Eropa juga memiliki dua gudang nuklir. Dari segi soft power, Uni Eropa merupakan pionir dalam organisasi internasional dan memiliki pengaruh besar di seluruh dunia.
Negara kedua yang berpotensi bersaing dengan Amerika ialah Jepang. Dari segi ekonomi dan militer, Jepang memiliki potensi besar pasca perang dunia II. Jepang merupakan negara yang memiliki kekuatan ekonomi ketiga terbesar di dunia, industry besar, dan kekuatan militer paling modern di Asia. Hal menarik terjadi apabila Jepang berkombinasi dengan China. Kedua negara tersebut memiliki potensi besar dalam bersaing dengan Amerika. Pada tahun 2006, China merupakan partner dagang terbesar Jepang dan memiliki hubungan yang baik dengan pemerintahan Jepang sejak tahun 2009.
Potensi pesaing juga muncul dari BRIC (Brazil, Rusia, India, China). Menurut Goldman Sachs, BRIC muncul sebagai negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar dan “emerging markets”. BRIC mencakup 42% populasi dunia dan 33% pertumbuhan ekonomi dunia. Menurut Medvedev, perdagangan dunia tidak akan sukses apabila menggunakan mata uang dollar Amerika. BRIC berencana membuat regulasi sendiri diantara mereka dalam melakukan kerjasama perdagangan. Keberadaan BRIC menjadi pesaing nyata bagi Amerika khususnya dalam bidang perdagangan dunia.
Pesaing selanjutnya adalah Rusia. Sebagai negara pewaris utama Uni Soviet, Rusia selalu muncul sebagai pesaing utama Amerika dalam berbagai bidang. Russia saat ini bukan negara komunis lagi, secara politik dan ekonomi dapat dikategorikan menganut sistem kapitalis seperti Amerika. Terjadi modernisasi pasca runtuhnya Uni Soviet, khususnya dalam bidang ekonomi. Russia kini menguasai sumber daya alam di kawasan Eropa Timur. Dengan memiliki kekuatan ekonomi yang kuat, Russia berusaha mencari posisi tawar lebih ketika berhadapan dengan negara lain.
India seringkali dianggap menjadi kekuatan masa depan dengan bermodalkan jumlah penduduk sekitar 1.2 miliyar jiwa. India juga disebut sebagai “hindu rate of economic growth” karena mayoritas penduduk india menganut agama Hindu. India diprediksi akan melewati ekonomi Britania dan Jepang pada satu decade mendatang. Dari segi militer, India diperkirakan memiliki 60-70 senjata nuklir, missil jarak menengah, program luar angkasa, 1.3 juta pasukan militer dan pengeluaran belanja militer pertahun sekitar 30 miliyar dollar per tahun. Selain itu juga, India memiliki diplomasi budaya yang kuat seperti yang ditunjukan oleh industry film Bollywood yang mampu menandingi Hollywood.
Negara potensi sebagai pesaing lainnya adalah Brazil. Brazil pada awalnya hanya negara biasa yang tidak memiliki ekonomi kuat, namun mulai bertransformasi ketika menjadi salah satu bagian dari BRIC.  Pada tahun 2000, Brazil menunjukan kemajuan yang pesat ditandai dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Beberapa analis berpendapat, Brazil memiliki sumber power yang potensial sebagai modal menjadi negara yang patut diperhitungkan di masa depan seperti, luas wilayahnya, jumlah penduduknya, GDP yang mencapai 2 triliyun yang menyamai pencapaian Russia, pendapatan per kapita yang mencapai 10 ribu dollar. Dari segi militer, Brazil memang tidak sekuat negara BRIC lainnya, akan tetapi Brazil tidak memiliki competitor sebanding di kawasan Amerika Selatan. Dari segi soft power, sepak bola merupakan komoditi utama Brazil, tidak terhitung jumlah pemuda Brazil yang menjadi pemain sepak bola di seluruh penjuru dunia.
Pesaing utama Amerika yang terakhir dan yang paling berpotensi menggeser Amerika Serikat sebagai kekuatan utama dunia adalah China. Populasi besar, ekonomi kuat, militer yang canggih, kuat dan paling besar, serta pertumbuhan ekonomi terbesar seluruh dunia. Goldman memprediksikan pada tahun 2027, China mampu menggeser Amerika secara ekonomi. Dari segala bidang, China muncul sebagai negara terdepan yang berpotensi menggeser Amerika Serikat sebagai negara super power di dunia ini.
Smart Power
Kekuasaan pada hakikatnya bukan tentang baik atau buruk. Memiliki sumber kekuasaan yang kecil bermakna kemungkinan lebih lemah dan memperoleh hasil yang lebih, tetapi kekuasan lebih dapat menjadi sumber kehancuran, daripada manfaatnya , jika hal tersebut menuntun pada kepercayaan yang berlebih dan strategi yang tidak sesuai bagi perubahan kekuasan. Lord kuActon mengungkapkan  bahwa kekuasaan yang tidak murni dan kekuasaan yang mutlak sesungguhnya tidak murni , maka studi-studi itu menunjukkan bahwa ketidakmurnian secara khusus itu dari peikiran mereka yang berhak. Dari sisi psikologi tentang paradox kekuasaan sebagai fakta bahwa kekuasaan adalah cenderung pada pribadi,kelompok,atau Negara yang mendahulukan kepentingan untuk mereka yang terbaik dalam kehidupan sosial yang cerdas akan tetapi ketika mereka ingin menjadi pemimpin itu adalah  apa yang telah mereka rusak dari pemilikan kekuasaan. Anggapan berbeda dari alkitab oleh David dan Goliath, sumber kekuasaan superior dari orang Philistine  menyesatkan nya ke dalam strategi yang lebih rendah, yang mana hal tersebut menuju pada kekalahan dan kematian.
Kisah smart power pada abad ke 21 tidak hanya tentang memaksimalkan kekuasaan atau memelihara kekuasaan tertinggi. Namun lebih kepada mencari cara untuk mengkombinasikan sumberdaya untuk keberhasilan strategi dalam konteks baru dari penyebaran kekuasaan.  Strategi adalah suatu cara yang berkaitan dengan tujuan dan yang memerlukan kejelasan tentang tujuan (hasil pilihan), sumber daya dan taktik untuk penggunaan mereka. strategi cerdas memberikan jawaban atas lima pertanyaan. pertama, tentang tujuan atau hasil yang lebih disukai? Hal ini memerlukan lebih dari sekedar pembangunan belaka dari daftar keinginan yang tak terbatas, dan lebih kepada menetapkan prioritas yang akan menstrukturkan pertukaran tersebut. hal itu juga memerlukan pemahaman hubungan antara tujuan kepemilikan nyata dan tujuan struktur umum, serta yang meliputi tujuan titik nol kekuasaan atas orang lain dan yang melibatkan keuntungan bersama yang membutuhkan daya dengan orang lain.
Pertanyaan kedua tentang sumber daya apa yang tersedia di dalam konteks ini. Hal ini  bukan saja soal persediaan yang akurat dan lengkap dari sumber daya yang dibutuhkan, tapi lebih mengubah situasi yang berbeda. Pertanyaan ketiga, tentang posisi dan preferensi dari target dalam upaya mempengaruhi, pada survei strategi klasik menekankan tentang penting untuk memiliki gambaran yang kuat  tentang kemampuan dan kecenderungan dari lawan-lawan  yang berpotensial. kecenderungan dari suatu target tidak penting terlalu banyak dalam sebuah kesuksesan .
Kemudian  menjurus pada pertanyaan keempat, bentuk perilaku kekuasaan yang paling mungkin berhasil pada waktu yang wajar dan biaya dengan perilaku perintah hard power atau dengan perilaku co-optive pengaturan agenda, persuasi, dan daya tarik atau kombinasi dari dua , bagaimana taktik untuk menggunakan perilaku ini mengarah pada persaingan atau penguatan di antara mereka, misalnya ketika akan penggunaan hard and soft power memperkuat dari melemahkan sama lain. kelima, kemungkinan sukses. segala tujuan yang mulia dapat memiliki berbagai konsekuensi buruk jika mereka disertai dengan optimisme yang berlebihan atau keinginan membuta mengenai peluang keberhasilan. Terkadang kecenderungan akan target tidak mementingkan soal banyaknya sebuah kesuksesan . Mengarah pada pertanyaan keempat, bentuk dari perilaku kekuasaan yang paling mungkin berhasil pada waktu yang masuk akal dan nilai dengan tingkah laku dari suatu komando berupa hard power atau dengan perilaku kerjasama termasuk dalam agenda pengaturan, persuasi, dan daya tarik atau kombinasi dari keduanya. Lalu dijelaskan tentang bagaimana taktik untuk penggunaan perilaku ini mengarah pada persaingan atau penguatan di antara mereka, yaitu pada penggunaan hard power dan soft power dalam menguatkan untuk melemahkan satu sama lain.
Pertanyaan kelima, tentang kemungkinan keberhasilan. Segala tujuan yang mulia dapat memiliki berbagai konsekuensi buruk jika mereka disertai dengan optimisme yang berlebihan atau keinginan yang membabi buta terkait peluang keberhasilan.
Strategi Smart Power dalam Negara
Sesuai dengan kantor Departemen Negara yang tertinggi, konsep dari smart power adalah integrasi yang cerdas dan jaringan diplomasi, pertahanan, pengembangan, dan alat-alat lain yang disebut hard dan soft power merupakan inti dari visi kebijakan presiden obama dan sekretaris clinton. Tetapi istilah smart power lebih sulit cocok untuk sebuah semboyan (tidak ada yang ingin menjadibodoh”), smart power juga bisa digunakan untuk analisis dan sama sekali tidak terbatas pada Amerika Serikat saja. 
Negara-negara kecil seringkali mahir dalam strategi smart power. Singapura dalam hal ini sudah cukup menginvestasikan sumber daya militernya untuk membuat dirinya tampil agar dapat sulit dipahami bagi pandangan negara tetangga yang ingin menghalangi, tetapi telah digabungkan pendekatan ini dengan dukungan aktif kegiatan diplomatik di ASEAN, sekaligus sebagai upaya untuk memiliki universitas yang berperan sebagai penghubung jaringan kegiatan non pemerintahan di daerah.
Sejarahnya, Negara yang baru telah menggunakan strategi smart power untuk kebaikan yang berguna.  Di jepang terjadi peralihan ke strategi yang telah meminimalkan kekuatan militer dan mengandalkan sekutu Amerika . Hal ini adalah pemikiran tersendiri untuk fokus pada pertumbuhan ekonomi yang telah berhasil dalam aspek tersebut, tapi itu berkembang hanya pada militer yang moderat dan soft powernya.  Lalu pada  pada tahun 2000 sebagai puncak kekuasaan orang-orang Amerika, masyarakat sekarang menunduk ke barat, dari kalangan pemimpin, untuk dunia akademis, dan dalam keseharian setiap orang. Tetapi cerita tersebut dapat mengarah pada  konflik. Selama kepercayaan dalam penilaian kekuasaan (telah digabungkan dengan ketidakamanan dalam masalah domestik) menimbulkan perilaku kebijakan luar negeri Cina yang lebih tegas pada paruh kedua tahun 2009. Telah disarankan bahwa Cina harus berjalan hati-hati dan terampil dalam bersikap rendah hati.
Negara yang dominan juga memiliki dorongan untuk mengkombinasikan sumber hard and soft power. Kerajaan dalam hal ini lebih mudah menguasai saat bertumpu pada soft power dan ketertarikan maupun kekuatan dari pemaksaan hard power. Perkembangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa telah melakukan sebuah usaha untuk menjaga hal –hal yang tersisa dari soft power negara yangada pada konteks pascakolonial baru. Strategi utama Negara adalah sebuah awal teori dan kisah tentang bagaimana untuk mempersiapkan keamanannya, kesejahteraannya, dan identitas (kehidupan, kemerdekaan,dan pencarian kebahagiaan di dalam istilah Jefferson), dan strategi harus menjadi penyesuaian untuk konteks dalam perubahan.
Strategi adalah bukan suatu posisi mistik pada pemerntahan teratas. Hal ini bisa diaplikasikan dalam setiap level. Seperti yang kita sama-sama lihat, akademik, cendekiawan, dan presiden seringkali melupakan dalam penilaian mereka pada posisi Amerika di dunia.  Satu decade yang dengn berakhirnya Perang Dingin, Tradisi kebijakan yang baru  yang telah berubah menjadi unipolar dengan kehegemonian Amerika. Tetapi paham unilateral yang baru telah berdasarkan pada kesalahpahaman yang mendalam di sifat kekuasaan dalam politik dunia dan dibawah konteks yang mana posisi oleh sumber daya yang lebih berpengaruh akan lebih suka memproduksi hasil sebuah keluaran.
Dunia bukan dalam bentuk unipolar, multipolar, atau kacau balau, namun tiga hal ini secara keseluruhan terjadi dalam waktu yang sama. Sehingga, smart grand strategy harus bisa ditangani dengan cara pembagian yang sangat berbeda pad kekuasaan di dalam daerah-daerah yang berbeda dan mengerti tentang tarik menarik yang terjadi di antara mereka. Dalam isu yang berkembang di papan atas tentang hubungan militer antarnegara, sebuah pemahaman akan bentuk dari cara aliansi dan kekuasaan yang seimbang akan tetap berada pada kegentingan.
Hegemoni teori telah melihat isu-isu transisi dan kemungkinan dari sebuah konflik, Negara-negara hegemoni adalah perlu untuk pemerintahan global dan harus mengambil peranan penting dalam produksi publik global. Pemerintahan global tidak seperti di abad 20an, dunia memiliki ratusan ancaman, institusi-institusi, rezim-rezim untuk mengatur area-area perilaku antarnegara yang bekisar antara telekomunikasi, penerbangan sipil, gardu laut, perdagangan, dan bahkan perkembang biakan senjata nuklir. Tetapi seperti institusi-institusi jarng mementingkan kepentingan sendiri dan tetap pada keuntungan dari kepemimpin pada kekuasaan yang baik.
Lima langkah dalam membangun strategi smart power Amerika, langkah pertama dalam merancang strategi smart power adalah kejelasan mengenai kata sifat. apakah tujuan dominan harus untuk mencari untuk menyimpan keutamaan atau kelebihan sumber daya kekuasaan atau untuk mempromosikan nilai-nilai baik dengan menyempurnakan demokrasi baik di rumah maupun dengan mempraktekkan intervensi liberal luar negeri. ini terkadang dianggap sebagai pertarungan antara realisme dan idealisme, tapi sebuah narasi Amerika yang sukses harus meliputi keduanya. Nilai-nilai merupakan bagian intrinsik dari kebijakan luar negeri Amerika.
kaum realis tradisional sering membedakan antara kebijakan luar negeri berdasarkan nilai-nilai dan kebijakan luar negeri berdasarkan kepentingan. misalnya untuk mencegah serangan terhadap Amerika Serikat. Namun pendekatan tradisional ini secara analitis terlalu sempit, dan sesuai kurang baik dengan sifat budaya politik Amerika.
Kepentingan nasional yang vital pantas diprioritaskan karena kelangsungan hidup dipertaruhkan, tetapi hubungan antara peristiwa tertentu dan ancaman bagi kelangsungan hidup nasional mungkin melibatkan serangkaian panjang penyebab. Nilai yang hanya merupakan kepentingan nasional yang tidak berwujud. dalam praktek, tradisi Amerika dalam tujuan kebijakan luar negeri lebih luas daripada dikotomi sederhana antara realisme dan idealisme. sebagai hasilnya, tarik menarik dalam tujuan yang tak terelakkan. Langkah kedua dalam perkembangan strategi smart power merupakan inventaris yang akurat dari sumber daya yang ada dan penilaian tentang bahwa persediaan akan berubah dengan mengubah konteks dari sumber militer, Amerika Serikat sebelumnya mengucurkan dana besar separuh anggaran global dalam sumber daya dan memiliki teknologi yang paling canggih sehingga tidak ada negara yang dapat menyeimbangkan kekuatan Amerika dalam pengertian tradisionalnya. Pada soft power juga, Amerika Serikat memiliki daya yang lebih besar, meskipun ini tergantung pada berbagai tingkatan daya tarik kebudayaan Amerika dan nilai-nilai di negara lain.
Langkah ketiga dalam smart grand strategy Amerika adalah penilaian atas sumber daya dan keinginan dari usaha untuk mempengaruhi target. Sikap terhadap penggunaan yang sah dari kekuatan militer bervariasi dengan konteks ini. Selain untuk perbedaan antara negara-negara, ada juga perbedaan penting antara aktor-aktor non- negara. dalam berurusan dengan kelompok teroris. langkah keempat untuk strategi cerdas adalah memilih di antara perilaku kekuasaan, memilih kekuasaan komando atau kekuasaan diadopsi dalam situasi yang berbeda, serta menyesuaikan taktik sehingga mereka memperkuat, daripada melemahkan, satu sama lain.Tetapi di daerah lain seperti asia tenggara, strategi untuk penahanan telah kurang berhasil menerapkan. pada tingkat taktis, doktrin kontrapemberontakan sangat menekankan pada timbal baliknya antara pasukan militer yang diperlukan untuk pemberontak membersihkan dari wilayah dan kerusakan warga sipil yang hati dan pikirannya masih terus dicari. dan dalam beberapa kasus, kompromi tidak terhindarkan. berjuang dan mengancam adalah perilaku dari hard power: melindungi dan membantu adalah perilaku dari soft power.

Langkah kelima untuk strategi smart power adalah penilaian yang cermat dari kemungkinan keberhasilan dalam mencapai tujuannya, baik pada tingkat grand strategy dan taktik adanya pengaruh upaya tertentu. kontrapemberontakan cukup menarik sebagai doktrin dalam cara yang membayar perhatian terhadap keseimbangan taktis hard dan soft power, tapi dalam arti strategis itu tidak mungkin sesuai untuk semua tempat. akhirnya penilaian yang jelas dari probabilitas keberhasilan juga memerlukan pemahaman tentang apa yang mungkin dalam hal institusi domestik Amerika dan sikap publik.

1 komentar:

  1. Do you have review journal about Public Diplomacy and Soft Power by Joseph S. Nye, Jr. ?

    BalasHapus